TEMPO.CO, Jakarta -- Gubernur Jakarta Joko Widodo punya senjata ampuh yang dia andalkan untuk membuat warga mengikuti program pemerintah. Alih-alih memberi sanksi , Jokowi, begitu dia biasa disapa, lebih menyukai taktik lobi jamuan makan siang.
Sudah beberapa kali Jokowi mengundang para warga yang berkeras menolak program pemerintah. Jokowi mengklaim sebagian besar takluk setelah makan siang. Ia mencontohkan warga Waduk Pluit, Jakarta Utara, yang kini dianggap jarang terlihat protes. Padahal, mereka bisa berdemo lebih dari sekali dalam seminggu di depan Balai Kota, kantor Jokowi.
Di depan mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Widuri, Jakarta Barat, Jokowi membanggakan teknik lobinya itu. Ia bercerita, ketika mengundang penduduk, Jokowi tidak langsung membicarakan persoalan. "Makan siang dulu sampai kenyang," katanya Jumat, 27 September 2013.
Jokowi sengaja membuat tamu undangannya kenyang. Tujuannya agar dapat diajak berdiskusi dengan tenang dan pikiran adem. Setelah itu, barulah Jokowi mengeluarkan kartu As-nya. "Jadi kapan, nih, mau pindahannya?" katanya mengingat ucapannya saat mengundang warga Waduk Ria Rio, Kamis, 26 September 2013. Jokowi meyakini pertanyaan setengah mengajak itu tidak akan ditolak. "Sudah makan, kan, engga enak dong kalau mau menjawab engga mau pindah," katanya sambil tertawa.
Belakangan, warga menyetujui ajakan Sang Gubernur. Kendati demikian Jokowi mengingatkan lobi makan siang tidak cukup dilakukan sekali saja. "Kalau sekarang menemui tokoh masyarakat atau RT dan RW, setelah itu diundang premannya, kalau engga bisa berantem." Jokowi berencana mencoba jurus ini untuk melobi warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang menolak kehadiran Lurah Susan Jasmine Zulkifli dengan alasan perbedaan agama.
ANGGRITA DESYANI