TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta, Andi Baso, mengungkapkan pedagang kaki lima merupakan tulang punggung perekonomian Ibu Kota. Sebabnya, 60 persen konsumsi rumah tangga terserap di sektor informal ini.
"Rata-rata konsumsi masyarakat Jakarta adalah 70 persen dari upah yang mereka dapat dan 60 persennya belanja di kaki lima," kata Andi kepada Tempo, Kamis, 10 Oktober 2013.
Hal ini lah yang menyebabkan PKL juga mampu bertahan di tengah krisis ekonomi.
Menurut Andi, PKL menjadi bumper bagi perekonomian di Jakarta. Sayangnya, keberadaan PKL tidak dikelola dengan baik, bahkan kerap dianggap mengganggu ketertiban umum.
Menurut dia, PKL mampu menyerap tenaga kerja hingga 2,5 juta orang. Jumlah ini merupakan separuh dari angkatan kerja produktif masyarakat Jakarta yang mencapai 5 juta jiwa.
Potensi semacam ini, kata dia, belum dimaksimalkan oleh pemerintah daerah. Untuk itu, mulai tahun depan pemerintah Jakarta akan menerapkan program pembatasan PKL. "Istilahnya adalah cut of death," kata Andi. Tujuannya untuk mengontrol jumlah PKL dan melakukan pembinaan.
SYAILENDRA