TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jakarta Animal Aid Network, Pramudya Harzani mendukung langkah Pemerintah Provinsi DKI merazia topeng monyet dengan memberi ganti rugi kepada pawang. Soalnya, menurut dia, banyak pawang cilik terpaksa menekuni pekerjaan itu untuk menyambung hidup.
Para pawang cilik itu sangat berisiko tertular penyakit yang diderita monyet. Rendahnya kualitas hidup monyet membuat mereka rentan mengidap penyakit seperti tuberculosis (TBC), hepatitis, salmonela, herpes, hingga rabies. "Penyakit ini rentan menular, apalagi terhadap anak-anak," kata Pramudya ketika dihubungi, Selasa, 22 Oktober 2013.
Monyet yang digunakan untuk topeng monyet, menurutnya, tak bisa menyembuhkan diri sendiri. Penyebabnya, mereka umumnya hidup di lingkungan kumuh dan diberi makanan sisa manusia. Hal itulah yang membuat mereka semakin berisiko menjadi pengantar penyakit. "Kalau mereka liar di alam, mereka bisa sembuh sendiri karena kualitas hidupnya lebih bagus," kata dia.
Dukungan melindungi pawang topeng monyet cilik juga datang dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi. "Bukan hanya monyetnya yang harus diperhatikan, tetapi pawangnya juga yang kebanyakan merupakan anak jalanan," ujar Seto.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai merazia topeng monyet di Ibu Kota. Monyet-monyet itu tak akan diambil secara cuma-cuma. Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian, Ipih Ruyani mengatakan pemerintah akan memberi ganti rugi Rp 1 juta untuk pawang monyet yang peliharaannya diambil.
Monyet-monyet yang terjaring razia, nantinya akan dirawat terlebih dahulu di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Jakarta. Setelah dinyatakan sehat, barulah mereka dipindahkan ke Taman Margasatwa Ragunan.
ANGGRITA DESYANI
Berita Terpopuler
Misteri Gelar Ratu Atut Terpecahkan
Begini Cara Install BBM di Android dan iPhone
Faisal Basri: Bunda Putri Anak Ketua Golkar Jakarta
Tokoh Banten Bingung dengan Gelar Ratu Atut
Wawancara Ibu Angkat Holly, Kus Handani