TEMPO.CO, Bekasi - Buruh di Kabupaten Bekasi sempat terlibat bentrokan dengan sejumlah warga dan organisasi masyarakat sehingga menyebabkan 27 buruh mengalami luka-luka.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Limbah Indonesia, Budiyanto, menyatakan tak meminta sejumlah ormas atau warga untuk turun ke lapangan guna ikut mengamankan aksi unjuk rasa buruh yang menuntut kenaikan upah.
Namun, kata dia, jauh sebelum ada aksi demonstrasi pihaknya melayangkan surat imbauan kepada setiap perusahaan di tujuh kawasan industri di Kabupaten Bekasi untuk menugaskan perusahan limbah yang menjadi rekanan agar menjaga pabrik. "Setiap pabrik dijaga 20 orang, agar tetap produksi, tak sampai terjadi sweeping," ujarnya.
Menurut dia, ihwal penugasan orang untuk menjaga pabrik bukan kewenangan Aspelindo. Kata dia, itu merupakan kewenangan dari setiap perusahaan limbah yang menjadi rekanan perusahaan. "Mereka (pengusaha limbah) menugaskan warga, ormas, atau yang lainnya itu tanggung jawab mereka. Kami tidak tahu," ujarnya.
Setiap pabrik, kata dia, dijaga sekitar 20 orang dari masing-masing pengusaha limbah. Penjagaannya pun sesuai peraturan yakni di luar wilayah perusahaan. "Anggota Aspelindo yang tercatat sekitar 500 orang. Setiap pengusaha ada yang memegang 2-3 pabrik," ujarnya.
Beberapa ormas di Kabupaten Bekasi membantah kalau ditungganggi pengusaha ketika turun. Mereka mengaku sengaja turun karena buruh mengancam akan melumpuhkan fasilitas umum. "Agar kegiatan di Kabupaten Bekasi berjalan kondusif," kata Sekjen Ormas Ikapud, Kabupaten Bekasi, Mardiyan. "Anggota kami juga ada yang terluka dipukuli buruh."
ADI WARSONO
Berita Terpopuler
Penjelasan Garuda Soal Ulah Roy Suryo
Roy Suryo Marah Lagi di Dalam Pesawat
Istri-istri Para Koruptor
Ulah Roy Suryo di Garuda Versi Ajudan