TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Unit Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Hengki Haryadi mengatakan, pengungkapan kasus penculikan warga negara Cina oleh jajarannya pada Selasa, 19 November 2013 merupakan suatu kebetulan.
"Kebetulan kami sedang giat memberantas premanisme di Jakarta Barat, kemudian ada laporan terjadi penculikan dengan modus pemerasan," ujarnya saat ditemui di ruangannya, Kamis, 21 November 2013. "Ini kemajuan berarti dalam pemberantasan aksi premanisme."
Dua hari yang lalu, seorang warga negara Cina bernama Zhou Zong Sun, 38 tahun, diculik 5 orang preman saat sedang bersantai di depan tempat usaha rekannya di kompleks Pergudangan 21, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Zhou adalah seorang importir limbah kain perca asal Cina. Dia sudah tiga kali ke Indonesia untuk menjalankan bisnisnya. Di sini, Zhou punya beberapa rekanan penyedia limbah kain yang dibeli dan dikirim ke negaranya.
Pada kunjungannya yang ketiga ini, Zhou sudah sebulan tinggal di Indonesia. Sial, saat berkunjung ke tempat usaha rekanannya Selasa kemarin, dia diculik. "Rupanya Zhou sudah diincar komplotan ini," Hengki menjelaskan. Seorang mantan karyawan di salah satu rekan usaha Zhou berkomplot dengan para preman ini. "Dia jadi informan para preman, mengawasi gerak-gerik Zhou selama di Indonesia."
Penculikan Zhou terjadi sekitar pukul 11.30. Para preman penculik Zhou beraksi cepat. Melihat incaran mereka sedang sendiri, penculik langsung menarik Zhou ke dalam mobil. Di dalam mobil, seperti dituturkan Zhou melalui penerjemahnya di Polres Jakarta Barat pada Rabu malam 20 November 2013, dia langsung ditodong pistol dan diborgol. Para penculik tidak bisa berbahasa Cina, dan sebaliknya, Zhou tidak mengerti bahasa Indonesia sehingga komunikasi keduanya dilakukan menggunakan bahasa isyarat.
Menurut Hengki, kelompok preman semacam ini sangat banyak, terutama di wilayah Jakarta Barat. "Awalnya ya gitu, malak toko atau pabrik." Kasus penculikan bermodus pemerasan oleh preman juga sudah beberapa kali terjadi. "Terakhir tahun 2010, kami menangani penculikan dengan uang tebusan Rp 170 juta." Dia heran dengan sikap masyarakat yang enggan melaporkan praktek pemerasan semacam itu.
"Kami terkejut dari pengakuan tersangka penculik Zhou, bahwa mereka sudah sering memeras." Tapi, kata Hengki, anehnya masyarakat yang diperas tidak melapor ke polisi. "Padahal sudah jelas ini aksi premanisme."
PRAGA UTAMA
Berita Populer
Angelina Sondakh dan 'Rahasia' di Tangannya
Politikus Australia Mencibir SBY
Politikus Australia: Marty Mirip Bintang Porno
Hukuman Angelina Sondakh Diperberat, KPK Girang
Krisis RI-Australia, TNI Tarik F-16 dari Darwin
Hacker Indonesia Lumpuhkan Situs Polisi Australia
Harta Angelina Sondakh yang Janggal