TEMPO.CO, Jakarta - Perlintasan rel kereta di Jalan Bintaro Raya, lokasi tabrakan antara KRL vs truk tangki memang dikenal semrawut. Lokasi rel ini diapit tiga persimpangan, yakni Jalan Masjid Al Muflihun, Jalan Bintaro Utara, dan Jalan Raya Ulujami. "Lalu lintas dari semua arah memang selalu ramai, apalagi pas jam orang berangkat kerja dan pulang kantor," ujar Sukanta, 40 tahun, petugas penjaga pintu perlintasan saat ditemui Tempo di posnya, Selasa, 10 Desember 2013.
Kemacetan semakin parah, jika kendaraan dari arah Ulujami mendesak menuju arah Tanah Kusir, sementara arus kendaraan dari Tanah Kusir juga terjebak di persimpangan Jalan Bintaro Utara. "Kalau motor dari Ulujami sudah ambil jalur kanan, menerobos untuk masuk Jalan Bintaro Utara, mobil dari Tanah Kusir bisa terjebak di tengah rel," kata dia. Jika demikian, petugas penjaga perlintasan terpaksa turun tangan mengurai arus lalu lintas.
Kepolisian Resor Jakarta Selatan dibantu tim terpadu yang terdiri dari Sub Direktorat Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, dan Traffic Accident Analyst (TAA) Korlantas Polri serta Labfor Mabes Polri, telah melakukan olah tempat kejadian perkara tabrakan antara KRL dengan truk tangki Pertamina yang membawa 24 ribu liter premium. Tim TAA menggunakan mobil van khusus mereka ulang proses terjadinya tabrakan.
Berdasarkan reka ulang, truk tangki yang diwakili mobil tim TAA melaju dari arah Tanah Kusir menuju Ulujami. Saat di tengah perlintasan, truk terjebak pintu perlintasan yang sudah ditutup. Sementara itu, dari arah Sudimara, melaju kereta listrik menuju Kebayoran Lama karena jarak terlalu dekat maka truk tertabrak dan terseret hingga sekitar 20 meter. Usai tertabrak dan terseret, truk mengeluarkan percikan api dan terbakar yang ikut menyambar kereta. Akibat tabrakan itu, gerbong paling depan kereta anjlok dan miring ke arah kiri.
Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Raya Bintaro juga dibarengi tingginya frekuensi perjalanan kereta api di lintas Tanah Abang-Serpong. Selain rangkaian KRL, jalur ini juga melayani kereta barang, kereta rel diesel jurusan Jakarta-Rangkasbitung, kereta ekonomi Krakatau jurusan Merak-Kediri, dan kereta diesel lokal. "Sehari bisa 150-an rangkaian yang lewat," ujar Sukanta.
Secara rutin, perjalanan kereta di jalur ini paling pagi dimulai sekitar pukul 04.30 hingga pukul 11.40. "Tapi kadang ada kereta barang atau lori yang lewat jam 3 dini hari," kata dia. Jeda kereta yang melintas dalam jadwal rutin pun sangat dekat, bisa 5-10 menit sekali pada saat jam sibuk, yakni pukul 06.30 hingga pukul 11.30, dan pukul 17.00 hingga pukul 20.30. "Berbarengan dengan jam sibuk jalan raya," ujarnya.
Sukanta bertugas menjaga pintu perlintasan selama 7 jam sehari. Selain dia, ada dua orang lainnya yang menjaga pos ini bergantian. Sewaktu kejadian kemarin, Sukanta sedang tidak bertugas. "Tapi saya juga masih syok teman saya mengalami kejadian itu," ucapnya.
Hambatan utama dalam menjaga pos perlintasan Bintaro ini, menurut Sukanta, memang kepadatan lalu lintas. "Kalau sudah sore selalu pusing mengatur jalan, motor berebutan dengan mobil, capek ngaturnya," kata dia. Menurutnya, pengendara sepeda motor kerap nekat menerobos pintu perlintasan saat jalur tengah macet. "Memang suka tidak sabaran," keluhnya. Simak perkembangan kecelakaan kereta api di Bintaro di sini.
PRAGA UTAMA
Lihat juga:
INFOGRAFIS Kronologi Tragedi Bintaro
FOTO Sopir Truk Tragedi Bintaro Dirawat di RSPP
FOTO Bentuk Truk Tangki Usai Tertabrak KRL di Bintaro
Mengapa Masinis Kereta Bintaro Tak Mengerem?