TEMPO.CO, Jakarta - Kurikulum 2013 telah mulai diterapkan. Namun, kurikulum ini masih saja menuai perdebatan. Sekretaris Jenderal Forum Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti menganggap kurikulum ini bukan solusi kemajuan pendidikan Indonesia. "Memajukan pendidikan bukan dengan mengganti kurikulum," kata dia kepada Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014.
Menurut dia, kunci kemajuan pendidikan di Indonesia ada di tangan guru-gurunya. "Yang perlu ditingkatkan adalah kualitas guru," kata dia. Retno menjelaskan jika kualitas guru bagus, kurikulum macam apa pun, bahkan tanpa kurikulum sekali pun, anak-anak didik yang dihasilkan pasti baik. "Guru-guru kita saja tak siap menjalankan kurikulum baru ini," ujarnya. (Baca: Kurikulum 2013: Murid Bingung Belajar Apa)
Retno mengibaratkan kurikulum ini seperti mobil mewah triliunan dan sopirnya adalah para guru. "Kurikulum ini kan mahal, tapi tidak bisa jalan karena sopirnya sendiri tak bisa mengendarainya," kata dia. Menurut Retno, penerapan kurikulum ini ibarat memberi obat yang salah. "Ini salah obat. Harusnya diberi obat guru yang berkualitas," ujarnya. (Baca: Kurikulum 2013, Sekolah di Jakarta Sampai Jumat)
Menurut dia, kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, lebih baik dibandingkan dengan kurikulum baru ini. Salah satunya terkait dengan penyamarataan sistem pendidikan. "KTSP itu mengakomodir masing-masing satuan pendidikan sesuai kondisi. Kalau K-13, kan, berlaku nasional," ujarnya. Inilah yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi keberagaman yang ada di Indonesia. (Baca juga: Untung-Rugi Jam Belajar Kurikulum 2013 Versi FSGI)
NINIS CHAIRUNNISA
Berita Lainnya:
2015, Masuk Monas Pakai Uang Elektronik
Polisi Curiga Jurnalis Prancis dan Australia Mata-mata
Gubernur Aceh Tagih Janji SBY
Tragis, Ibu Bayi Tewas Tertimbun Longsor di Bogor