TEMPO.CO , Jakarta:BOGOR, - PT Kereta Api Indonesia (KAI) melalui anak perusahaannya akan mengelola lokasi parkir di 23 stasiun di Jabodetabek dengan memberlakukan sistem parkir eletronik (e-parking) bekerjasama dengan tiga bank swasta besar nasional.
"Sistem ini bukan hanya sekedar untuk menekan kebocoran (penyimpangan) akan tetapi juga untuk mengurangi antrian kendaraan yang akan keluar masuk lokasi parkir," kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan, di sela-sela peluncuran e-parking di Stasiun Besar Bogor, Rabu, 1 Oktober 2014.
Dia mencontohkan, antrian panjang kendaraan yang akan membayar parkir di Senayan City setelah bubar nonton pasti akan penuh jika masih menggunakan parkir tunai. "Dengan menggunakan e-parking ini hanya memerlukan waktu, maksimal 7 detik," kata dia.(Baca:Tahun Depan, Subsidi KRL Jabodetabek Ditambah)
Jonan mengatakan, dengan menggunakan aplikasi e-parking ini menjadi upaya untuk menurunkan sirkulasi uang tunai. "Bayangkan di Stasiun Besar Bogor ini, setiap hari ada 6.000 hingga 7.000 sepeda motor yang parkir. Belum mobilnya yang berjumlah 1.500. Ngantrinya pasti lama kalau pakai sistem tunai. Belum harus kembalian dan lain sebagainya," tutur dia.
Sistem e-parking, ini memanfaatkan kartu Flazz dari BCA, TapCash dari BNI, dan e-money dari Bank Mandiri, sehingga dengan sistem ini, memungkinkan arus pengguna stasiun semakin lancar. Apalagi, dalam sehari Stasiun Besar Bogor bisa dipenuhi oleh 100 ribu hingga 120 ribu penumpang. "Saat ini, sistem e-parking baru diberlakukan di Jabodetabek, dan baru 23 stasiun," kata dia. (Baca:6 Tahun KRL Commuter, 700 Ribu Penumpang per Hari)
Akan tetapi, pihaknya berencana agar sistem ini bisa diberlakukan di luar Jabodetabek. Namun apakah sejumlah bank yang mempunyai kartu ini siap untuk itu, Jonan berujar: "Nanti kita pikirkan, apakah juga bisa untuk luar Jabodetabek."
Menurutnya, sistem e-parking lebih efektif diterapkan di stasiun yang menjadi feeder, bukan stasiun kecil. Meski demikian, ke depan, PT KAI juga berencana menerapkan sistem yang sama di Daop Bandung. "Sekarang baru 23 stasiun. Itu kita seleksi. Nanti bertahap, paling memungkinkan di Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta," tuturnya.
Menurut Jonan, saat ini transaksi nontunai di PT KAI mencapai angka Rp 5 miliar hingga Rp 7 miliar. Jumlah ini masih kecil dibandingkan total transaksi tunai di PT KAI atau baru mencapai 30 persen karena sekitar 40 persen angkutan yang difasilitasi PT KAI merupakan angkutan barang. "Untuk penumpang sudah sampai 70 persen, karena untuk kereta barang belum dapat dilakukan karena MoU nya masih panjang," lanjutnya. (Baca:Tiket Elektronik, KAI Gandeng Tiga Bank BUMN)
Direktur Operasional PT Reska Multi Usaha, Porwanto Handri Nugraha mengatakan kapasitas parkir di Stasiun Besar Bogor cukup luas yakni mencapai 8.000 kendaraan. Selain terjamin keamanannya, juga memudahkan pengguna transportasi massal. Dengan sistem ini, maka hanya dibutuhkan 0,7 detik untuk masuk dan 3 detik untuk transaksi keluar.
"Sebenarnya cukup banyak potensi stasiun yang ada. Namun, lebih prospektif di stasiun feeder. Misalnya kita kembangkan ke arah barat sampai Rangkas, Tangerang, Cikarang, dan Tambun kalau sudah jadi jalur KRL ke sana," tuturnya.
Di lain pihak, Yanto, 35 tahun, pengendara motor yang akan menggunakan KRL mengaku masih lebih memilih memarkirkan kendaraanya di luar lokasi parkir stasiun. Pasalnya harga parkir milik PT KAI lebih mahal, "Saya pikir masih terlalu mahal, makanya tidak sedikit yang memilih parkir di luar, meski dibilang parkir liar," kata dia.(Baca: BPS: Kereta Api Semakin Digemari Masyarakat)
M SIDIK PERMANA
Baca juga:
Kuasai Murphy Corp, Pertamina Belanja Rp 24,3 T
Proyek Banyu Urip Blok Cepu Diresmikan Pekan Depan
PKS Belum Terima Undangan Rapat Pengunduran Diri Jokowi
Megawati ke Gus Dur: Sampeyan Enak, Saya Pusing