TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu, memprediksi kecepatan Mitsubishi Outlander yang dikendarai Christopher Daniel Sjarif, 23 tahun, mencapai 80 kilometer per jam. "Kecepatan itu hanya bisa diperoleh saat pelaku memacu mobilnya di jalur Transjakarta, arteri Pondok Indah," kata Jusri kepada Tempo, Kamis, 22 Januari 2015. (Lihat Infografis: Kronologi Tabrakan Maut Pondok Indah.)
Menurut dia, kecepatan itu ditambah oleh pelaku sesaat menabrak pengendara motor seusai melintasi underpass depan Gandaria City. Sebab, pelaku yang menyebabkan tabrakan maut Pondok Indah itu, lebih-lebih yang dipengaruhi narkoba secara psikologis merasa terancam jiwanya. "Christopher tak lagi memakai rasio saat mengemudikan mobilnya," dia menjelaskan. (Baca juga: Tiga Tragedi Tabrakan Maut Paling Heboh.)
Tabrakan maut di Pondok Indah menewaskan empat orang dan menyebabkan dua orang terluka terjadi pada Selasa malam, 20 Januari 2015. Mula-mula, mobil berwarna putih tersebut diketahui menabrak sebuah mobil saat keluar dari underpass Gandaria City dan melarikan diri dengan kecepatan penuh. Hingga kemudian, mobil itu menabrak empat orang pengendara sepeda motor serta sebuah mobil Toyota Avanza B-1318-TFZ saat di depan kompleks Kostrad, Jakarta Selatan. (Baca: Keluarga Pelaku Tabrakan Maut Jarang Bergaul.)
Jusri menambahkan, saat terjadi tabrakan pertama mobil Christopher kemungkinan hanya dipacu dengan kecepatan 40 kilometer per jam. Sebab, kata dia, Jalan Iskandar Muda termasuk jalur yang padat dengan kendaraan saat terjadinya kecelakaan. (Baca: Mengenal LSD, Terkait Tabrakan Maut Pondok Indah.)
Jusri tak heran bila Christopher memicu tabrakan beruntun karena pengaruh narkoba. Dia menyarankan masyarakat mengatur perencanaan perjalanan bila ingin berangkat pesta yang kemungkinan mengkonsumsi zat aditif seperti alkohol. Metode ini, kata Jusri, sudah diterapkan oleh tentara Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ditugaskan di medan tempur. (Baca: Positif LSD, Christopher Disorientasi Ruang Waktu.)
Mereka, ujar dia, sudah merencanakan perjalanan sebelum berangkat berpesta. Satu orang biasanya dilarang mengkonsumsi alkohol atau zat aditif lainnya saat berpesta. Dia bertugas mengemudikan kendaraan saat pulang. "Bila memang semua anggota kelompok ingin berpesta, maka perilaku berkendara paling aman ialah naik transportasi publik seusai pesta," Jusri menjelaskan.
RAYMUNDUS RIKANG
Topik terhangat:
Budi Gunawan | Eksekusi Mati | Harga BBM Turun | AirAsia
Berita terpopuler lainnya:
Langgar Tenggat Waktu, Jokowi Ancam Copot Menteri
Membandingkan Bob Sadino dengan Mario Teguh
KPK Jawab 'Serangan' Istana Soal Budi Gunawan
Menteri Susi Adukan Jonan ke DPR