TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa memberantas premanisme membutuhkan solusi yang terintegrasi. Di Ibu Kota, kata Ahok, memberantas premanisme dimulai dengan membenahi pendidikan dan permukiman liar. ”Premanisme itu bermula dari rendahnya penghasilan,” kata Ahok di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Selasa, 3 Februari 2015. (Baca: Kisah Ahok dan Keluarga Saat Diancam Preman Pluit)
Polda Metro Jaya menyatakan sebanyak 2.785 orang terjaring dalam Operasi Bina Kusuma yang berlangsung sejak pertengahan Januari lalu. Mereka ditangkap karena terlibat aksi premanisme. Dari total yang ditangkap, 305 orang ditingkatkan statusnya dalam proses penyidikan. (Baca: Hendak Tawuran, Tiga Orang di Depok Ditangkap)
Ahok menjelaskan banyaknya warga yang terjaring operasi tersebut menunjukkan bahwa kondisi Jakarta belum aman. Terlebih, warga yang terjaring tersebut masih berusia sekolah. Menghadapi masalah ini, Ahok mengatakan, pemberian Kartu Jakarta Pintar sebenarnya bertujuan membuat lebih banyak anak bisa bersekolah.
Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun untuk Kartu Jakarta Pintar. Artinya, kata Ahok, anak usia sekolah yang berasal dari keluarga tak mampu bisa bersekolah tanpa terbentur masalah uang.
Solusi kedua berkaitan dengan permukiman. Ahok mengatakan permukiman liar mempengaruhi sikap dan lingkungan penduduknya. Karena itu, warga yang tinggal di lokasi seperti itu akan dipindah ke rumah susun sederhana sewa. ”Kalau pendidikan dan permukiman beres, premanisme bisa dikurangi,” kata Ahok. (Baca: Ahok: Mafia Preman 'Petakin' Monas)
LINDA HAIRANI