TEMPO.CO, Jakarta - Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menduga ada sabotase dan menuding PLN jadi biang banjir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono punya penjelasan soal banjir yang merendam banyak kawasan di Ibu Kota dua hari kemarin. "Ini karena curah hujan lokal yang tinggi dan durasinya cukup lama," kata Basuki dalam siaran pers, Selasa malam, 10 Februari 2015.
Berdasarkan data, intensitas hujan mengalami kenaikan dari 57 mililiter per hari menjadi 171 mililiter per hari dan naik lagi menjadi 350 mililiter per hari pada Selasa, 10 Februari 2015. "Jadi bukan karena luapan sungai, melainkan intensitas hujan tinggi," kata Basuki.
Menurut Basuki, sesuai pengamatan, tinggi muka air Bendung Katulampa, Depok, dan Manggarai masih status siaga IV atau dan III. Artinya, sungai masih mampu menampung luapan air hujan.
Di samping karena intensitas hujan yang tinggi, sistem drainase di Ibu Kota dinilai tidak berfungsi. Kapasitas drainase yang ada di Jakarta belum maksimal untuk menampung aliran air hujan yang curahnya cukup tinggi.
Selain itu, permukaan air Sungai Ciliwung, berdasarkan pantauan Basuki pada Senin soreu, masih setinggi 50 sentimeter di bawah drainase. "Seharusnya drainase masih mampu menampung air sungai," katanya. Namun, karena tersumbat oleh sampah dan kapasitasnya kecil, air menggenangi ruas jalan di Ibu Kota.
Untuk jangka panjang, Kementerian Pekerjaan Umum berencana menanggulangi banjir dari hulu dengan membangun Waduk Cimahi dan Sukamahi, serta membuat sodetan dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
"Insya Allah pembangunan sodetan sudah bisa selesai sebelum musim hujan depan atau November 2015," kata Basuki. Sedangkan untuk Waduk Ciawi, pemerintah baru akan membangun jalan akses masuk untuk pembebasan lahan.
ALI HIDAYAT