TEMPO.CO, Jakarta - Novita, 40 tahun, bersama tiga anaknya, berkunjung ke Vihara Amurva Bhumi, Jalan Satrio Raya Nomor 2, Kuningan, Jakarta Selatan. Di vihara, mereka berdoa pada tahun baru Imlek 2566.
Masuk ke dalam bangunan, Novita bersama keluarga membakar lilin, dupa, dan kertas. Novita pun menyembah tuan rumah Vihara, Hok Tek Tjeng Sin, Dewa Bumi.
Setelah itu, dia mengambil satu botol minyak dan menaruhnya ke delapan mangkuk besar di sekitar vihara. "Untuk pencerahan hidup," kata dia kepada Tempo, Kamis, 19 Februari 2015.
Setelah berdoa, Novita membawa anaknya, Vanessa (11), Victor (9), dan Valerina (6 ) untuk membeli burung pipit dengan harga Rp 2.000 per ekor. Dia membeli 66 burung. Jumlah itu sesuai dengan umur Novita dan ketiga anaknya.
Setelah dimasukkan ke keranjang, burung itu dibawa ke pohon besar di halaman vihara. Putrinya, Valerina, yang sedang sakit ginjal, diminta untuk melepaskan burung pipit itu. "Supaya penyakitnya hilang," kata warga Sunter ini.
Asisten pengurus vihara, Sulaiman, mengatakan tujuan melepas burung adalah mendapatkan kebaikan. Sebab, mereka melepaskan makhluk hidup ke alam bebas. Selain burung pipit, ikan atau kura-kura bisa dilepaskan. "Semua makhluk hidup," kata dia.
Budaya melepaskan makhluk hidup itu, ucap Sulaiman, tidak hanya dilakukan saat perayaan tahun baru Imlek. Menurut dia, setiap tanggal 1 dan 15 di kalender Tiongkok, umat di vihara juga melepaskan burung.
HUSSEIN ABRI YUSUF