TEMPO.CO , Jakarta - Setelah terbengkalai lebih dari enam bulan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana melanjutkan pengerjaan Waduk Marunda di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membenarkan hal tersebut sekaligus menyebutkan adanya dua fokus utama Pemprov DKI dalam menangani banjir dengan optimalisasi waduk. "Di pompa Tunjungan, Kamal Muara, nanti mendekati stadion GOR Cengkareng, kalau yang Jakarta Utara di bagian timur ada di Marunda," kata Ahok pada Tempo, Senin 23 Februari 2015.
Keberadaan dua waduk ini menjadi titik penampungan air masing-masing di wilayah barat dan timur Jakarta. Menurut Wali Kota Jakarta Utara Rustam Efendi, meski keduanya proyek prioritas, pembangunan yang akan diutamakan adalah Waduk Marunda yang sudah dimulai sejak Jakarta dipimpin Joko Widodo. Pada mulanya, Jokowi menargetkan pengerukkan Waduk Marunda selesai Februari 2015. "Marunda kan sudah ada lebih dulu, pengerjaannya tinggal menyelesaikan sisa relokasi lahan warga sekitar 30-50 persen lagi," ujar Rustam.
Pengerukan terhadap waduk yang terletak di ujung timur Jakarta Utara tersebut rencananya akan memiliki luas 56 hektar. Sementara total luas penampang waduk 31,2 hektare, dengan kedalaman enam meter, dan daya tampung air 1 juta kubik. Sementara ini dari 56 hektar pembebasan lahan untuk Waduk Marunda terdapat 20 hektar tanah yang belum dibebaskan. Sementara 36 hektar sudah dibebaskan sejak awal 2014 lalu.
Nantinya, waduk akan menampung air yang mengalir dari Kanal Banjir Timur (KBT) lalu lewat Kali Blencong dan masuk ke waduk. Pengerukan terhadap Waduk Marunda turut mengadopsi konsep Waduk Pluit dengan membangun taman untuk rekreasi warga di sekeliling area waduk. "Tahun depan kami harap sih sudah bisa selesai dan difungsikan," ujar Rustam.
Sebelumnya, anggaran pembebasan lahan Waduk Marunda diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2014 senilai Rp 115 miliar dan sisanya sekitar Rp 50 miliar dari APBD-Perubahan 2014. Berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2015 rembebasan Tanah Waduk Marunda beserta Sarana dan Prasarana mencapai Rp 70 miliar.
Penundaan pembangunan Waduk Marunda sejak enam bulan lalu meninggalkan sebelas buah excavator berada di permukaan waduk sisi timur dan di tepi jalan antara waduk dengan perkampungan masyarakat. Warga pun mengeluhkan penundaan proyek tersebut karena status tempat tinggalnya belum mendapat kejelasan.
Salah satu warga RW 02 Kampung Rawa kuning Khaerudin (48) mengakui jika rumahnya baru didata untuk direlokasi namun menurut Udin, panggilan Khaerudin, dirinya belum mendapatkan kepastian lebih lanjut. "Rumah-rumah sekitar sini sudah didata dan sejak beberapa bulan lalu, tapi pengerjaan waduk pun sudah lama berhenti, saya enggak tahu kenapa," kata Udin.
Sedangkan untuk Rencana pembangunan waduk seluas 90 hektare di Kamal Muara menurut Rustam sejauh ini masih jadi wacana mengingat alokasi dana dari APBD belum jelas serta masih banyak tahapan yang mesti dilakui sebelum waduk dibangun. Di antaranya perlunya ada sosialisasi terlebih dahulu, penghitungan lehih lanjut, pematokkan, relokasi, negosiasi, dan tahapan lainnya.
"Hal itu, terkait pembebasan tanah dilakukan oleh pemerintahan DKI Jakarta, sedangkan pembangunan waduknya oleh kementerian PU pemerintah pusat," ujar Rustam. Tahun ini rencana yang dilakukan Pemerintah Pusat sebagai penyelenggara pembangunan proyek akan berfokus terhadap lahan. "Tahun ini kita mulai dengan pembebasan tanah," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Air DKI Jakarta Agus Priyono.
Dengan adanya pembangunan dua waduk ini di Jakarta, maka menurut Rustam memperluas daerah penampung air di Jakarta sehingga bisa membantu menurunkan tingginya banjir yang melanda Jakarta. Karena kelak keberadaan Waduk Marunda di Jakarta bagian timur, Waduk Pluit di Jakarta bagian tengah, dan Waduk Kamal Muara di Jakarta bagian barat, diprediksi mampu menampung curahan air hujan dan juga rob dari kawasan laut di Jakarta bagian utara.
AISHA SHAIDRA