TEMPO.CO, Jakarta - Proyek double-double track (dua rel ganda) yang dikerjakan Kementerian Perhubungan dikebut hingga akhir tahun. Pasalnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwi Atmoko menemukan pengerjaan proyek baru sampai 33 persen. Padahal kontrak berakhir tahun depan.
"Saya akan genjot agar tak berlarut-larut," katanya saat ditemui Tempo di kantornya, pekan lalu.
Sebelumnya, dia mendapat laporan pembangunan fisik sudah berjalan hingga 72 persen. Tapi hal berbeda tampak saat dia melihat langsung ke lapangan pada Rabu pekan lalu. Di antaranya, masih ada hambatan berupa ruas rel yang digunakan untuk kepentingan angkutan barang. Selain itu, lahan di dekat Stasiun Tambun hingga Cikarang masih terkendala pembebasan lahan.
Adapun target pembangunan paket tahun ini adalah elektrifikasi Bekasi-Cikarang; pembangunan Stasiun Bekasi, Bekasi Timur, Tambun, Cibitung, dan Cikarang; serta persinyalan dan telekomunikasi Manggarai-Cikarang. Proyek ini akan melengkapi paket proyek sebelumnya yang sudah selesai, berupa dua rel baru di sisi utara yang membentang mulai Stasiun Manggarai hingga Stasiun Bekasi.
Proyek dua rel ganda ini telah dimulai sejak 2012. Proyek yang didanai dari pinjaman pemerintah Jepang dan pemerintah Indonesia ini dibagi menjadi empat paket pengerjaan dengan total anggaran lebih dari Rp 5 triliun. Hermanto mengakui progres pengerjaan proyek memang sangat lamban.
Namun, jika seluruh proyek selesai pada 2018, dari empat rel tersebut, kata dia, dua rel (double track) yang sudah ada akan digunakan untuk KRL. Sedangkan dua rel yang baru untuk kereta api jarak jauh, yakni dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Saat itu jumlah penumpang kereta api menjadi 1,2 juta per hari dengan sekitar 1.200 gerbong. Saat ini jumlah penumpang sebanyak 700 ribu dengan 900 gerbong. “Sehingga persoalan transportasi kota selama ini dapat teratasi,” tuturnya.
YOLANDA RYAN ARMINDYA