TEMPO.CO, Jakarta - Kasus penelantaran anak di perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi Selatan, mengungkap sisi lain pasangan suami-istri Utomo Permono dan Nurindria Sari dalam mengelola kehidupan sehari-hari. Setidaknya, pengelolaan itu tercermin dari kondisi rumah mereka di Cluster Nusa Dua Blok E8 Nomor 37.
Rumah dua lantai itu sejatinya berada di lingkungan elite dengan harga rata-rata per unit mencapai Rp 1,5 miliar. Namun, menurut Erwin Novyanto, 40 tahun, Utomo dan Nurindria menempati rumah berkelir kombinasi putih gading dan hijau tosca itu dengan sistem kontrak. “Kira-kira sudah setahun,” katanya kepada Tempo, Kamis, 14 Mei 2015.
Menurut hasil penelusuran di beberapa situs jual-beli rumah, harga sewa rumah di Citra Gran Cibubur Rp 35-40 juta per tahun. Kesan bahwa Utomo dan Nurindria adalah keluarga kelas menengah-atas dipertegas oleh keberadaan dua mobil yang terparkir di garasi mereka: sedan hitam BMW hitam dan minivan emas Honda Odyssey.
Namun, saat Tempo mengunjungi rumah tersebut, sampah plastik berserakan di halaman rumah. Satu pot plastik tergeletak di sisi kanan mobil Honda. Sebatang tanaman setinggi lutut di tengah pot itu mati kekeringan.
Kursi plastik berwarna merah memudar berada tak jauh dari pintu. Bau tak sedap seperti berasal dari kotoran tercium di teras rumah. Entah dari mana sumber bau itu.
Tim dari Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Kepolisian Daerah Metro Jaya berinisiatif menggeledah rumah Utomo siang itu. Sebab, meski Utomo, yang merupakan ayah AD, anak yang ditelantarkan, sudah digelandang ke pos polisi di depan Mal Ciputra Cibubur, masih ada Nurindria dan ketiga anak perempuannya di dalam rumah. Awalnya Nurindria tak mengizinkan polisi masuk ke rumah.
Negosiasi berjalan alot. Bahkan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia Erlinda sampai menawarkan diri untuk masuk seorang diri tanpa didampingi polisi. Tapi tawaran itu tak bersambut. Akhirnya polisi mendobrak pintu bercat putih di rumah itu.
Aksi itu membuat kondisi di dalam rumah Utomo dan Nurindria terlihat jelas. Ada dua tempat tidur ukuran king size. Satu di sisi kiri pintu rumah, lainnya persis di depan pintu--lokasi yang lazimnya ditata sebagai ruang tamu atau ruang keluarga. Pelbagai perabot rumah juga tergeletak di lantai dasar rumah itu. Berlembar-lembar pakaian terserak bersama dengan mainan anak.
Ironisnya, meski di siang hari, pencahayaan di dalam rumah itu minim. Gelap dan terasa lembap di kulit. Tak ada satu pun jendela yang dibuka untuk celah sirkulasi udara. Tak heran, aroma tak sedap juga menusuk ke hidung meski Tempo cuma berdiri di bibir pintu masuk.
Erlinda mengakui kondisi di dalam rumah Utomo dan Nurindria jauh dari kriteria rumah sehat bagi tumbuh-kembang anak. Sebab, menurut dia, kebersihan rumah itu sangat memprihatinkan. “Pencahayaannya juga minim dan serba tak tertata perabotannya."
RAYMUNDUS RIKANG