TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Jacques Manem mengatakan, untuk menyaring air dari Kanal Banjir Barat, Palyja menerapkan teknologi baru bernama "Moving Bed Bio-film Reactor (MBBR)". Dia menjelaskan, teknologi tersebut menggunakan medium-medium kecil yang bernama Meteor.
Jacques menuturkan Meteor adalah teknologi yang dikembangkan oleh Degremont dengan material proprietary polyethylene biofilm carries, yang permukaannya dapat menjadi media tumbuh mikroorganisme alami.
Baca Juga:
"Meteor akan melakukan pra-pengolahan air baku yang diambil dari Kanal Banjir Barat yang kualitasnya sangat buruk karena telah tercemar limbah," ujarnya saat presentasi di depan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tajahaja Purnama, di Gedung Logistik Palyja, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Mei 2015.
Jacques menjelaskan, proses pemurnian air menggunakan Meteor akan mengurai kadar polutan dalam air, seperti amonia. Air yang sudah tak mengandung amonia, kata dia, layak menjadi air baku dan siap diolah menjadi air minum.
Jacques menjelaskan, air dari Kanal Banjir Barat akan masuk ke sebuah alat yang menyaring air dari sampah. Setelah itu, air akan masuk tangki sedimentasi, dan mengalir pada tangki yang berisi banyak Meteor. "Dalam 4 minggu operasional, amonia yang berhasil diurai mencapai 87 persen," tuturnya.
Jacques mengatakan penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan pasokan air kepada 150 ribu warga Jakarta. "Ini merupakan langkah awal mencapai 95 persen cakupan pelayanan pada 2020," katanya.
Tahun ini Palyja, kata Jacques, berupaya menambah pasokan air baku dari sumber air yang tersedia. Dia menjelaskan, dengan teknologi penyaringan air tersebut, Kanal Banjir Barat mampu memasok air sebesar 550 liter per detik.
Untuk pembangunan penyaringan air dengan teknologi MBBR, Palyja menghabiskan dana sebesar Rp 22 miliar. "Setidaknya diperlukan 12,8 meter kubik per detik air bersih untuk melayani 95 persen warga," tuturnya.
GANGSAR PARIKESIT