TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan jumlah penerima Kartu Jakarta Pintar berkurang pada tahun ini. Penyebabnya, penelusuran Dinas Pendidikan menunjukkan banyak kasus penipuan yang terjadi pada penerimaan bantuan sosial itu tahun lalu. "Kami menemukan banyak penipuan dan namanya dobel," kata Ahok--sapaan Basuki-- Kamis, 21 Mei 2015.
Kartu Jakarta Pintar masih disalurkan dalam bentuk tunai dalam anggaran sebelumnya. Temuan Dinas Pendidikan menyatakan uang yang diterima siswa langsung dibelikan peralatan yang tak berhubungan dengan kebutuhan sekolah. Ahok mengatakan pemberian Kartu Jakarta Pintar hanya bisa disalurkan melalui transaksi elektronik.
Pada 2015, penerima Kartu Jakarta Pintar berjumlah 489.150 siswa dengan anggaran senilai Rp 1,9 triliun. Sedangkan tahun lalu, siswa yang dibantu mencapai 570 ribu orang dengan anggaran Rp 668 miliar.
Meski berkurang, Ahok mengatakan nilai Kartu Jakarta Pintar tahun ini meningkat. Ia memaparkan, siswa SD menerima Rp 210 ribu dan siswa SMP memperoleh Rp 260 ribu. Siswa SMA dan SMK secara berturut-turut menerima Rp 357 ribu dan Rp 390 ribu.
Semula, siswa SD memperoleh Rp 180 ribu dan siswa SMP mendapat Rp 210 ribu. Sedangkan siswa SMA memperoleh Rp 240 ribu. Kelak, Ahok mengatakan, sistem penyaluran Kartu Jakarta Pintar secara non-tunai berlaku permanen. Dengan begitu, Dinas Pendidikan bisa menekan penyalahgunaan dan menelusuri penggunaan bantuan itu.
Ahok mengatakan sistem tak akan diubah meski penyalurannya terlambat. Alasannya, ia menduga masih ada celah bagi pegawai negeri untuk mengembalikan metodenya menjadi tunai. "Nanti ada kemungkinan upaya menggalang para ibu agar bantuannya boleh ditarik kontan," ujar Ahok.
LINDA HAIRANI