TEMPO.CO, Jakarta - Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat menjadi tempat idaman bagi penyelenggara acara. Seperti pada acara Pesta Rakyat Jakarta yang berlangsung mulai 30 Mei hingga 5 Juni 2015 di Parkir Timur Senayan.
Kegiatan itu pun menarik masyarakat berbondong-bondong datang untuk melihat PRJ Senayan. Seperti pribahasa 'ada gula ada semut', warga yang datang ke acara itu membuat keuntungan bagi tukang parkir. Baik parkir resmi maupun liar.
Tempo datang ke acara PRJ senayan itu melalui pintu masuk parkir senayan. Di pintu pengambilan tiket, seorang petugas yang enggan menyebutkan namanya meminta duit Rp 4 ribu untuk parkir sepeda motor tanpa diberikan tiket masuk. "Nanti keluarnya enggak ditanyain tiket, bos," ujar dia Senin, 1 Juni 2015.
Sepeda motor pun saya parkir di dekat area PRJ Senayan. Di sana, ada petugas keamanan berpakaian lengkap serta temannya yang memakai baju bebas yang mengarahkan kendaraan untuk memarkir di tempatnya.
Petugas keamanan bernama Ade yang mengendarai sepeda motor bernomor polisi E-3381-TX itu pun sedikit membentak pengendara motor lain yang keluar tidak melalui jalurnya.
Pengendara itu, menghindari agar tidak membayar. Namun, setelah itu, Ade bersama temannya memberikan tali rafia di bagian Selatan dn Timur. Tujuannya, agar ada satu pintu parkir keluar dan masuk.
Setelah beres, Ade meminta duit mobil yang ingin keluar. Nominalnya, Rp 10 ribu. Buru-buru ade memasukkkan uang itu ke saku kirinya. "Memang tarifnya segitu, dan sudah biasa di sini," katanya.
Pengunjung PRJ Senayan, Dhani, 27 tahun, mengeluhkan biaya parkir itu. "Mereka memaksa, mau bagaimana lagi? Satpam langsung yang meminta," katanya.
Tempo pun dimintai uang Rp 5 ribu saat ingin keluar dari parkiran. "Yah lumayan, kalau ada acara, bisa lebih dari seratus motor satu hari," kata pria yang tak menyebutkan namanya. Saat keluar dari gerbang, tidak ada petugas yang meminta karcis sepeda motor.
HUSSEIN ABRI YUSUF