INFO METRO - Kualitas air baku yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih di Jakarta saat ini semakin memburuk dengan indikasi semakin bertambahnya jumlah polutan. Dalam pengolahan air bersih, solusi instan bagi permasalahan ini adalah menambah jumlah bahan kimia, yaitu klorin, sebagai prosesdesinfeksi dan pemurnian air.
Sebenarnya, menurut Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Corporate Communication dan Social Responsibility Palyja, mikroorganisme yang hidup dalam air memiliki kemampuan menghilangkan polutan secara alami. Namun, agar proses ini dapat berjalan optimal, ada kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi, di antaranya oksigen terlarut harus mencukupi standar, air tidak bersifat asam, dan cukupnya nutrisi dalam air agar mikroorganisme dapat berkembang.
Baca Juga:
Team BioWTP (Water Treatment Plant) 2 Palyja Pejompongan telah bekerja keras menerapkan sistem biofiltrasi di instalasi ini. Hasilnya, sejak 2014, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan 2 sudah tidak menggunakan proses pra-klorinasi lagi. Sebagai gantinya, digunakan sistem biofiltrasi yang menggunakan mikroorganisme alami. Menurut Meyritha, air baku yang dihasilkan di instalasi dari proses pengolahan secara biofiltrasi di IPA 2 Pejompongan ini telah diuji secara terus-menerus dan telah memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 582 Tahun 1995 dengan standar air minum. Air bersih yang ada di jaringan juga telah memenuhi standar kualitas Permenkes Nomor 492 Tahun 2010.
Sebelumnya, sistem biofiltrasi telah sukses diterapkan di IPA Taman Kota. Instalasi yang sejak 2007 ditutup karena tak mampu lagi mengolah air dari Sungai Cengkareng Drain yang memiliki kandungan polutan tinggi ini dapat dibuka lagi pada 2012 dengan kapasitas produksi 100 liter per detik berkat teknologi biofiltrasi.
Dapatkan informasi program, tips, quiz, kegiatan, suplai air dan lain sebagainya dengan likeFacebook, Twitter , Youtube, Instagram.
Baca Juga:
Inforial