TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota paling tidak aman berdasarkan hasil survei media terkemuka Inggris, The Economist. Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan Jakarta bisa menjadi kota aman asalkan ada dorongan dari pemerintah provinsi dan pusat.
"Anggaran pemerintah daerah Rp 70 triliun, dan ini bisa dibantu oleh pemerintah. Masalahnya hanya komunikasi dan kemauan," kata Tito dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 4 Juli 2015.
Survei yang dilakukan terhadap 50 kota itu meninjau berbagi aspek, yaitu keamanan, kesehatan, digital, infrastruktur, dan personal. Kurangnya jumlah dokter, tingginya jumlah penderita penyakit demam berdarah, maraknya penipuan dalam perdagangan online, ratusan korban tewas dalam kecelakaan lalu lintas, dan tindak kejahatan yang terjadi setiap sepuluh menit membuat posisi Jakarta terpuruk.
Tito menambahkan, dia sudah melakukan komunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam memperbaiki Jakarta. Untuk pembenahan Ibu Kota, menurut mantan Kapolda Papua itu, perlu adanya dukungan dari kota penunjang seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Sebagai langkah awal, menurut Tito, Gubernur DKI berencana membangun 6.000 kamera pengawas yang mampu menjangkau semua area publik. "Kewajiban memasang CCTV berada di pemerintah daerah," ujar Tito.
Pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto, mengatakan penggunaan teknologi memang sangat dibutuhkan dalam memantau keamanan. Dia mencontohkan kota-kota di Amerika Serikat yang bahkan sudah menggunakan satelit. "Penjahat lebih cepat dari perkembangan teknologi," tuturnya.
SINGGIH SOARES