TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membeberkan cerita menarik soal isi dialognya dengan warga RW 01 dan 03 Kampung Pulo tentang proyek relokasi hunian, Selasa, 4 Juli 2015. Menurut Ahok, salah satu perwakilan warga menjulukinya pria yang mirip durian.
Namun, kata Ahok, julukan itu bukan merujuk pada penampilan fisik, melainkan gambaran karakternya. “Durian itu kan keras dan sakit di luar, tapi daging buahnya manis," kata Ahok di Balai Kota, Rabu, 5 Agustus 2015.
Menurut Ahok, warga mungkin memilih durian untuk menganalogikan karakternya setelah menyimak paparannya soal normalisasi Kali Ciliwung dan relokasi hunian di bantaran sungai. Sebab, kata Ahok, pemerintah DKI sangat tegas dan keras menyelesaikan proyek normalisasi tersebut.
Ahok menolak berkompromi dan mengulur waktu lagi untuk menyelesaikan proyek itu. Walhasil, warga Kampung Pulo yang masih menolak direlokasi dan berkukuh ingin mendapatkan uang ganti untung bakal langsung digusur.
Namun, kata Ahok, masyarakat akhirnya memahami bahwa penggusuran itu bukan untuk mengusir mereka. Sebab, pemerintah DKI sedang menata dan membangunkan rumah susun di area tersebut. Artinya, Ahok menambahkan, warga sadar relokasi dan normalisasi bertujuan memperbaiki kualitas hidup masyarakat di bantaran sungai. “Masak drama banjir Kampung Pulo mau terulang terus tiap tahun,” Ahok menambahkan.
Apalagi, kata Ahok, pemerintah DKI memberikan kompensasi rumah susun dengan kualitas yang sangat nyaman. Lebih-lebih, semua kebutuhan, seperti listrik dan air bersih, selalu dijamin pasokannya. “Kami juga subsidi biaya hidup mereka di rumah susun itu sebesar 80 persen,” ujarnya.
RAYMUNDUS RIKANG