Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Tangerang - Upacara bendera rupanya telah akrab bagi pengibar bendera pusaka, Maria Felecia Gunawan, sejak usia dini. Cia kecil kala itu berusia 3 tahun hampir setiap hari bermain upacara di halaman rumah kakek-neneknya di Bandar Lampung.

Tante Cia, Novita Hamdan berkisah bagaimana Cia bermain baris-berbaris bersama tiga anak-anak Novita yang usianya sebaya. Mereka kini telah remaja, Cia, 16 tahun kemudian terpilih menjadi anggota pengibar bendera pusaka (paskibraka) yang didapuk membawa baki duplikat bendera pusaka pada detik-detik upacara memperingati hari Proklamasi Kemerdekan RI di Istana Merdeka, Senin 17 Agustus 2015.

Tiga sepupu Cia, Thomas Teta Tjendra (17), Theresa Teta Tjendra (16) dan Tifany Teta Tjendra (15) juga sudah beranjak remaja. Berempat , saat ini merupakan siswa di SMAK Penabur Gading Serpong.  “Saya dan keluarga ingat waktu anak-anak bermain upacara, dan Cia selalu di tengah pura-pura bawa bendera."

Mama Cia, Hertaty Tjendra, menurut Novita, sempat berangan-angan suatu hari Cia akan bawa bendera. "Dan puji Tuhan kesampaian,” kata Novita, saat ditemui Tempo, Selasa, 18 Agustus 2015 di gedung sekolah SMAK Penabur Gading Serpong.

Kisah itu dibenarkan sepupu Cia, Theresa Tjendra. “Iya waktu itu, Cia yang nyuruh saya dan Koko (-Thomas) pura-pura mengerek bendera, kalau dia di tengah yang bawa majalah yang dijadikan ‘bendera’,”ujar Theresa tersenyum.

Di mata keluarga, Cia adalah gadis supel dan aktif baik kegiatan sekolah dan gereja. Di sekolah ada dua ekstrakulikuler yang dia ikuti selain Paskibra juga basket. “Begitu terpilih mewakili sekolah ke Kabupaten Tangerang, saya minta Cia untuk fokus dan meninggalkan ekskul basket,”kata Novita. Cia pun menurutinya, meskipun awalnya dia mengakui suka dua kegiatan itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Novita mengatakan mengasuh Cia sama seperti merawat tiga anak kandungnya. “Mereka berempat sejak kecil selalu bersama-sama. Makanya ketika Cia memilih tinggal bersama kami di Tangerang ya sekeluarga membuka diri,” kata Novita.

Berdasar silsilah keluarga, Cia merupakan keponakan Novita. Ibu Cia, Hertaty Tjendra merupakan adik kandung suami Novita, Suhanta Tjendra. Sejak TK hingga SMP, Cia menempuh pendidikan di Bandar Lampung.

Meski kelahiran Jakarta, Cia ikut orang tuanya di Lampung, Ayahnya merupakan dokter spesialis anak. Pada tahun 1998, dr Willy Gunawan terpilih sebagai dokter teladan saat dia bertugas di Dili, Timor-Timur. Cia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak perempuannya, Crista Selina (18) kuliah kedokteran di Lampung.

Novita yang selalu menasihati Cia agar senantiasa rendah hati berharap agar keponakanya itu menjadi pemersatu bangsa. “Saya melihat jiwa kepemimpinan ada pada diri Cia. Dia selalu berempati kepada sesama yang kekurangan juga motivator bagi kawan-kawan,” katanya bangga.

AYU CIPTA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Ilustrasi. wikimedia.org
Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.


Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro
Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.


Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Seorang warga Suku Dayak Landak menngoperasikan kameranya jelang ikuti Karnaval Katulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, 22 Agustus 2015. Karnaval Katulistiwa tersebut akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 22 Agustus 2015 siang nanti. TEMPO/Subekti
Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.


HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

Sejumlah peserta bersaing ketat di lintasan balap kuda, agar dapat keluar sebagai juara di perlombaan Vesta Fillies' Handicap. Lingfield, Inggris, 13 Agustus 2015. Justin Setterfield/Getty Images
HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.


Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Anggota Paskibraka, Maria Felicia Gunawan (tengah) pembawa duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Maria Felicia Gunawan berasal dari SMAK Penabur Gading Serpong, Provinsi Banten. Tempo/Aditia Noviansyah
Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.


Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Finalis Indonesian Idol asal Medan Di Muhammad Devirzha atau Virzha. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.


Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Seorang pengendara sepeda menghadang laju konvoi motor gede (moge) di perempatan Condong Catur, Yogyakarta, 15 Agustus 2015. Aksi Elanto Wijoyono, pria pemberani tersebut membuat heboh Nitizen di sejumlah sosial media. youtube.com
Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.


Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Jusuf Kalla. ANTARA/Ismar Patrizki
Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.


Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Pasukan Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2015. Tim Sadewa bertugas sebagai pengibar dan Nakula sebagai tim penurunan bendera Sang Saka Merah Putih. Tempo/Aditia Noviansyah
Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.


Soal Lambang PKI Saat Kirab, Luhut: Tak Usah Terlalu Serius

18 Agustus 2015

Luhut Binsar Panjaitan. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Soal Lambang PKI Saat Kirab, Luhut: Tak Usah Terlalu Serius

Menkopolhukan Luhut Binsar Panjaitan menilai kemunculan simbol komunis dalam perayaan kemerdekaan Indonesia kemarin sebagai hal yang biasa.