TEMPO.CO, Jakarta - Lagu Indonesia Raya berkumandang sesaat sebelum buruh melakukan long march ke Istana Merdeka. Sekitar 15 ribu buruh yang ikut berunjuk rasa berdiri dengan sikap diam sempurna.
Tepat pukul 11.20, orator aksi mengajak massa mengumandangkan Indonesia Raya. Sound system dari pikap putih memutar rekaman lagu Indonesia Raya. Massa, yang memegang bendera, langsung menaruh bendera di samping badannya, berdiri tegap, dan bernyanyi dengan lantang.
Kumandang Indonesia Raya menjadi magis. Bulu kuduk merinding karena lengkingan 15 ribu buruh bernyanyi dengan lantang. Barisan buruh sepanjang sekitar 500 meter khidmat menatap lurus ke depan. Barisan buruh ini tak hanya memakan satu badan jalan, tapi dua.
"Polisi jangan halangi kami. Jangan provokasi kami!" teriak orator aksi dari pikap dengan suara yang terdengar hingga radius 50 meter. Sang orator juga meneriakkan kepada buruh agar tidak masuk dan berhenti di Monumen Nasional. "Kalau di Monas artinya tunduk pada kemauan pemerintah. Kita di sini mau suarakan kepentingan kita, biar yang di dalam Istana tahu suara kita!" Teriakan ini penanda saatnya buruh bergerak maju ke Istana Merdeka.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengimbau agar buruh berorasi di Silang Monas. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mempersilakan buruh berorasi di Balai Kota. Namun buruh menganggap suara mereka harus disampaikan di depan Istana Merdeka.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menuturkan ada 35 ribu buruh yang siap membanjiri Istana Merdeka pada 1 September 2015. Said Iqbal menjelaskan massa yang datang berasal dari 40 federasi yang tergabung dalam 4 federasi: KSPI, KSBSI, KSPSI, dan KPKPBI. Massa akan berkumpul di patung kuda sekitar pukul 10.00, lalu bergerak ke Istana Merdeka untuk berorasi. "Seusai orasi, sekitar pukul 13.00, massa akan dibagi dua lalu long march ke Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan," tuturnya.
Timboel Siregar, Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia, menuturkan aksi ini dilatarbelakangi tindakan kesewenang-wenangan perusahaan akhir-akhir ini. "Banyak buruh di-PHK. Alasannya, rupiah melemah sehingga keuangan perusahaan terpuruk, belum lagi kebakaran di Mandom yang menewaskan buruh," ucapnya.
DINI PRAMITA