TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan penggusuran Pasar Karang Anyar dilakukan karena kios-kios tersebut menghambat saluran air. "Itu kan saluran air, makanya beberapa bangunan di situ tergenang," kata Ahok, sapaan akrabnya, saat ditemui di Balai Kota, Rabu, 16 September 2015.
Ahok menjelaskan ini dilakukan untuk mengatasi banjir yang tiap tahun selalu menjadi pekerjaan rumah Pemprov DKI kala musim hujan tiba. Meskipun dalam usahanya menggusur pedagang di pasar Karang Anyar selalu ada penolakan. "Ada LSM protes ke saya, saya baca saya ketawa saja. LSM ini protes ke saya waktu banjir, bilang saya enggak kerja ngatasi banjir. Saya ngatasi banjir bongkar kios-kios katanya bongkar kios, enggak konsisten," ujarnya.
Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakan apa yang dilakukan pemerintah hanya mengembalikan fungsi aliran sungai sesuai dengan peruntukannya. Menurut dia, aliran sungai di Karang Anyar sudah lama tersumbat karena lahannya diduduki oleh para pedagang. "Tahun 1994 terakhir dikeruk ini aliran sungainya," tutur Mangara di lokasi penggusuran, Rabu, 16 September 2015.
Mangara mengatakan jumlah pedagang yang digusur adalah 236 orang. Sebanyak 236 pedagang diberi dua lokasi relokasi oleh pemerintah. Sebanyak 123 pedagang di Pasar Karang Anyar di bagian dalam, sedangkan 113 pedagang diberi daftar pasar yang bisa dipilih. "Selama enam bulan pertama nanti bebas retribusi," ujarnya.
Namun bagi Rahmat, pembina paguyuban pedagang Pasar Karang Anyar yang digusur, solusi ini tidak bisa diterima begitu saja. Menurut dia, luas lapak di Pasar Karang Anyar bagian dalam tidaklah seluas lapak mereka yang digusur. "Tidak muat, cuma semeter," kata Rahmat.
DIKO OKTARA