TEMPO.CO, Jakarta - Filar Fhitaloka, guru di SDN 05, mengatakan kini pihak sekolah memperketat pengawasan kepada para muridnya saat pulang sekolah. Hal ini menyusul kasus yang menimpa Putri Nur Fauzia, siswa mereka yang ditemukan tewas dibunuh di dalam kardus di bawah Jembatan Sahabat pada Jumat malam lalu.
“Sekarang sebelum pulang sekolah semua murid ditanya, apakah ada yang menjemput atau tidak,” ucap Filar, kepada Tempo, Senin, 05 Oktober 2015. (Baca: Pembunuhan Putri Kalideres, Kapolda Tito Duga Pelaku Pedofil)
Saat Tempo mendatangi SDN 05 Kalideres sekitar pukul 12.00, Tempo melihat beberapa guru menanyai setiap muridnya yang tengah berbaris menuju pagar sekolah untuk pulang. Dari informasi yang kami himpun, pada hari itu Kepolisian Resor Jakarta Barat juga hadir di sekolah untuk memberikan penyuluhan terkait dengan kasus pembunuhan Putri.
”Pihak polres memang datang untuk memberi penyuluhan tentang keamanan serta ikut kami untuk berdoa bersama di makam Putri,” kata Filar.
Kini, sedekat apa pun rumah murid dari sekolah, guru-guru tetap akan bertanya bagaimana cara para murid tersebut pulang. Filar menambahkan, jarak rumah yang dekat bukan jaminan para murid pulang ke rumah langsung dan aman dari bahaya. “Berkaca pada kasus Putri, rumahnya dekat dari sekolah, jalan kaki juga sampai, tapi nyatanya tetap butuh pengawasan,” ujar guru yang menjadi wali kelas korban ini.
Baca Juga:
Filar mengatakan bahwa orang tua diharapkan datang menjemput anaknya. Setidaknya ada yang menjemput sehingga bisa mengawasi gerak-gerik anak dan aktivitas anaknya. Selain itu, para murid pun juga diberi pemahaman mengenai keselamatan dan keamanan diri dari kepolisian dan juga pihak sekolah.
Putri Nur Fauzia merupakan anak perempuan berumur 9 tahun yang hilang sejak Jumat siang dan ditemukan tewas pada 22.30 di hari yang sama di kawasan Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat. Saat mayat korban ditemukan, kondisi mayat ada di dalam kardus di bawah Jembatan Sahabat dengan kondisi kedua tangan dan kaki menekuk dililit lakban di depan dada. Menurut pemeriksaan, terdapat darah di kemaluan dan dubur korban. Diduga sebelum dibunuh, korban juga mengalami pelecehan seksual.
Putri dinyatakan hilang sebab tak kunjung pulang ke rumah dari sekolahnya di SD 05 pagi Kalideres. Padahal, biasanya pulang pada pukul 09.30 WIB. "Karena itu Jumat, jadi pulang cepet," kata paman korban, Abdul Khair, 43 tahun.
Abdul Kahir mengatakan kedua orang tua Putri telah berpisah sejak lama. Saat ini, korban tinggal bersama ibu dan neneknya di Rawa Lele, RT 006 RW 07, Kalideres. Pamannya menjelaskan Putri sosok yang terbuka. "Dia orangnya selalu bilang kalo ada apa-apa," katanya.
BAGUS PRASETIYO