TEMPO.CO, Tangerang - Arif Setyanto dan Yessi Caroline, orang tua ASP, 6 tahun, siswa kelas I Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, yang diduga menjadi korban perisakan oleh teman sekolahnya, menyatakan siap menghadapi gugatan pihak sekolah.
Sekolah elite itu melaporkan orang tua ASP ke polisi dengan atas pencemaran nama baik di media sosial Facebook. "Saya siap menghadapi risikonya," ujar Yessy Caroline, ibu ASP, Selasa, 20 Oktober 2015.
Sikap yang sama juga disampaikan Arif, ayah ASP. "Semua akan kami hadapi demi anak kami tersayang," katanya.
Yessy mengakui kerap mengunggah status di Facebook sejak kasus dugaan kekerasan yang dialami putra tunggalnya tak kunjung mendapat respons pihak sekolah. "Tapi saya sama sekali tidak mencantumkan nama sekolah dan nama orang dalam kalimat-kalimat saya," tuturnya.
Isi kalimat itu, kata dia, hanya bentuk curahan hati, kesedihan seorang ibu yang melihat anaknya merintih kesakitan. Bahkan, kata Arif, ada kalimat Yessy yang diperuntukkan bagi Presiden Joko Widodo. "Karena kami merasa masalah ini mentok di sana-sini," ucapnya.
Pengacara Sekolah Montessori, Bastian Manulu, menuding Yessy melakukan pencemaran nama baik sekolah itu karena mengumbar keburukan sekolah di media sosial. "Laporan kami layangkan pada 9 Oktober lalu," katanya.
Bastian mengatakan ibu ASP mempublikasikan kejelekan sekolah di Facebook. "Kalimat-kalimatnya mengandung pencemaran nama baik dan penghinaan," ujar Bastian. Kalimat tersebut, kata dia, dikomentari lebih dari 5.000 orang.
Wakil Kepala SD Montessori Gading Serpong Junita Manurung mengatakan hinaan ibu ASP di media sosial itu telah berdampak buruk pada citra sekolah. Hal ini, ia melanjutkan, berdampak pada jumlah pendaftar dalam penerimaan siswa baru sekolah itu tahun ini. "Pada 10 Oktober, kami open school siswa baru, ternyata jumlahnya menurun hingga 50 persen dari tahun sebelumnya," tutur Junita.
Menurut Junita, tuduhan kasus kekerasan di sekolah itu juga telah mengusik keamanan dan kenyamanan sekolah. "Siswa dan orang tua merasa terganggu," ucapnya. Junita membantah keras adanya kekerasan antarsiswa di sekolah tersebut. "Itu mengada-ada."
ASP diduga mengalami penganiayaan oleh teman sekelasnya yang berinisial M saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung di sekolah. Menurut pengakuan ASP, dia dipukuli pada bagian dada dan ditendang kemaluannya. Siswa kelas I itu hingga kini masih mengalami trauma fisik dan psikis akibat penganiayaan yang dilakukan temannya di sekolah.
JONIANSYAH HARDJONO