TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, Sigit S. Widyanto, mengatakan salah satu agenda Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Singapura yakni berkunjung ke Land Transport Authority, lembaga pemerintah yang menangani trasnportasi darat.
Dalam kunjungan ke lembaga itu, menurut Sigit, Ahok mendapat penjelasan bagaimana mengatur transportasi darat di Singapura. Salah satu yang dibahas yaitu ihwal penerapan teknologi jalan berbayar (electronic road pricing) untuk mengatur lalu lintas di negeri singa itu.
Menurut Sigit, dalam penjelasan pemerintah ke Ahok, jalan berbayar di Singapura kerap bermasalah. Alat on board unit yang ditaruh di dalam mobil kerap tak menerima sinyal. "Terhalang oleh gedung-gedung yang tinggi," kata Sigit, Rabu, 21 Oktober 2015.
Selain karena banyaknya gedung tinggi, OBU juga tak berfungsi jika cuaca sedang buruk. Jalan berbayar di Singapura menggunakan teknologi frekuensi.
Karenanya, menurut Sigit, Pemerintah Singapura menyarankan kepada Ahok agar mengadopsi teknologi yang lebih canggih, misalnya menggunakan teknologi satelit. "Singapura juga mau up grade teknologinya."
Pemerintah Jakarta berniat menerapkan teknologi jalan berbayar untuk mengatasi kemacetan di ibu kota. Rencana pemerintah ini disambut baik oleh investor asing seperti Kapsch, perusahaan teknologi asal Swedia, dan Q-Free asal Norwegia. Keduanya bahkan sudah melakukan uji coba teknologi mereka di Jalan Sudirman dan Rasuna Said pada Agustus-September 2014.
Direktur PT Alita Praya Mitra Teguh Prasetya mengatakan teknologi jalan berbayar yang akan diterapkan di Indonesia mirip dengan di Singapura menggunakan gelombang frekuensi. Gelombang ini yang mampu mendeteksi OBU yang terpasang di dalam mobil.
Alita merupakan mitra Kapsch di Indonesia. Keduanya juga berkongsi dengan perusahaan milik Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, PT Toba Sejahtra.
Ihwal teknologi jalan berbayar di Singapura kerap bermasalah, Teguh memakluminya. "Memang mereka pakai teknologi lama. Sejak 1970. Mereka juga mau up grade," ucap Teguh.
Sedang jalan berbayar di Jakarta, menurut Teguh, akan menggunakan teknologi terbaru. Misalnya, "OBU di Singapura dual piece, kami pakai single piece. Lebih kecil," katanya.
ERWAN HERMAWAN