TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 1.000 orang dari Serikat Karyawan PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JLJ), anak usaha PT Jasa Marga (Persero), berniat mogok kerja selama tiga hari dari 28-30 Oktober 2015. "Kami tidak menutup jalan tol, tapi layanan tol akan tutup karena tidak ada yang melayani," kata Presiden Serikat Karyawan PT JLJ Mirah Sumirat saat dihubungi, Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Mirah, pekerja mogok karena Jasa Marga tak mendengarkan dua tuntutan mereka. Pertama, kata dia, Jasa Marga tak melaksanakan komitmennya yang akan mengangkat sekitar 3.000 pekerja kontrak menjadi karyawan tetap di PT JLJ. "Kami dijanjikan akan diangkat menjadi karyawan tetap," ucap Mirah.
Bukannya diangkat menjadi karyawan tetap di PT JLJ, ribuan pegawai itu malah dipindahkan ke anak usaha baru Jasa Marga, PT Jasa Layanan Operasi, yang dibentuk Agustus 2015. Sama seperti di PT JLJ, kata Mirah, Jasa Marga juga menjanjikan pengangkatan karyawan tetap di perusahaan baru itu. "Jelas kami menolaknya," kata Mirah.
Soalnya, ujar Mirah, gaji sebagian karyawan tetap di perusahaan baru lebih rendah dibandingkan di PT JLJ, yang gajinya sekitar Rp 5 juta per bulan. "Kalau di perusahaan baru cuma dapat sebesar upah minimum provinsi," ucap dia. Selain itu, tak banyak tunjangan yang didapat karyawan jika bekerja di PT Jasa Layanan Operasi.
Mirah melanjutkan, tuntutan kedua serikat pegawai yakni meminta Jasa Marga mengembalikan pengelolaan beberapa ruas jalan tol yang diserahkan ke PT Jasa Layanan Operasi ke PT JLJ. Soalnya, selama dikelola PT JLJ mampu memberikan keuntungan sampai Rp 1,402 triliun. "Kami tak masalah kalau bentuk usaha baru, tapi jangan ambil alih pengelolaan bisnis yang sudah baik."
Jasa Marga memiliki saham sekitar 99 persen di PT Jasa Layanan Operasi. Tugas perusahaan baru ini mengambil alih beberapa ruas tol yang telah dikelola PT JPJ selama ini. Ruas tol yang diserahkan ke Jasa Layanan Operasi ini di antaranya tol Pondok Pinang-Kampung Rambutan.
Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga Mohammad Sofyan mengatakan tak akan memenuhi tuntutan serikat pekerja. Soalnya sekitar 90 persen atau 2.400 karyawan kontrak di PT JLJ secara sukarela mendaftarkan menjadi karyawan tetap di PT Jasa Layanan Operasi. "Kami sangat bahagia mereka mau bergabung," ucap dia.
Ihwal rencana mogok serikat karyawan, ia meminta bantuan kepolisian untuk memastikan seluruh jalan tol di Jakarta dan sekitarnya tetap beroperasi. Sofyan mengerahkan sekitar 4.000 petugas operasional akan melayani pengguna jalan tol selama 24 jam.
ERWAN HERMAWAN