TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Indonesia menargetkanpembangunan Rumah Sakit Universitas Indonesia selesai pada September 2016. Rumah sakit setinggi 14 lantai tersebut telah dibangun sejak 30 September 2013 di atas lahan seluas 74.043 meter persegi. Total anggaran yang dikucurkan sebesar Rp 869 miliar dari Japan Internasional Cooporation (JICA).
Kepala RSUI Julianto Wicaksono mengatakan rumah sakit ini dibangun sebagai pusat pendidikan klinik dan interkolaborasi antara ilmu kesehatan dan nonkesehatan. Selain itu, rumah sakit ini bakal menjadi lahan pengembangan keilmuan baru bagi UI. "Oktober 2016, rencananya sudah bisa beroperasi," kata Julianto, Kamis, 12 November 2015.
Adapun seluruh sumber daya manusia RSUI bakal seluruhnya berasal dari UI, baik dokter maupun staf yang berasal dari multidisiplin ilmu lainya. Mereka bakal bekerja sama untuk melayani pasien umum maupun BPJS. Dalam dua sampai tiga tahun pertama, rumah sakit ini bakal fokus membantu Kota Depok mengatasi masalah kesehatan, terutama infeksi dan noninfeksi, serta angka kematian ibu dan prenatal.
Selain itu, dalam jangka waktu tersebut, RSUI bakal menjadi rumah sakit rujukan bagi semua rumah sakit yang ada di Depok. Setelah melewati jangka waktu tiga tahun, RSUI juga bakal menjadi rumah sakit rujukan nasional, seperti RS Cipto Mangunkusumo. "Fokus utama memang membantu pasien Depok," katanya.
Lebih jauh, Juianto mengatakan rumah sakit pendidikan kelas B ini bakal menjadi pencetus pertama penerapan struktur tahan gempa hingga 9,0 Skala Richter dan memadukan layanan paripurna terintegrasi berbasis rumah sakit primer, sekunder, dan tersier untuk pendidikan, pelayanan, dan penelitian berkelas internasional. Selain itu, juga akan diterapkan kendali infeksi yang komprehensif. "Pembangunannya memang sempat delay karena harus membuat bantalan penahannya. Sebab, bangunan ini tahan gempa," ujarnya.
Ia membeberkan fasilitas yang ada di RSUI meliputi 300 tempat tidur, yang 50 persennya kelas tiga. Untuk pengembangan ke depan, bakal disediakan 900 tempat tidur. Selain itu, ada 20 ruangan ICU dan 20 ruangan NICU PICU. Adapun rumah sakit ini memiliki 250 kamar yang terdiri atas 1/3 kamar kelas satu VIP, 1/3 kamar kelas dua, dan 1/3 kamar kelas tiga yang mengikuti standar internasional. "150 tempat tidur diperuntukkan untuk pasien BPJS," ujarnya.
Julianto menjelaskan, pelayanan unggulan yang dimiliki RSUI meliputi Neurokardiovaskular, High Risk Maternal dan Perinatologi, infeksi topik, serta pelayanan promotif dan preventif pralansia. Ditambah, UI juga akan mencoba membangun jaringan dengan rumah sakit lain dengan membentuk health academic.
Dekan Fakultas Kedokteran UI Ratna Sitompul mengatakan pihaknya siap berkolaborasi untuk membangun jaringan dengan rumah sakit lain di Depok. Bahkan, jaringan yang bakal dibentuk RSUI sampai ke tingkat Puskesmas. "Yang pasti, kami akan membuktikan komitmen untuk mengembangkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian," ucapnya.
Ia menuturkan rumah sakit ini dibangun dengan konsep patient safety, yakni memperhatikan sistem konstruksi, tata letak ruangan, pembangunan material bangunan, serta pengaturan alur pasien terinfeksi dan noninfeksi. Selain itu, RSUI bakal berintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar mahasiswa di fakultas-fakultas rumpun ilmu kesehatan, yaitu fakultas yang termasuk dalam Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Farmasi, dan Kesehatan Masyarakat. "RSUI menjadi penyelenggara BPJS dan menerapkan pola rujukan dan rujuk balik," ujarnya.
IMAM HAMDI