TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Keuangan melaporkan hasil audit lahan RS Sumber Waras kepada Komisi Pemberantasan Korupsi pada Senin, 7 Desember 2015. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku siap dipanggil KPK untuk diperiksa.
“Silakan saja KPK nanti memutuskan ada kerugian negara atau tidak. Panggil kami sebagai saksi, ya kami datang,” katanya di Balai Kota.
Ahok menjelaskan, awal dari kisruh ini bermula dari niat pemerintah provinsi membangun rumah sakit jantung dan kanker di atas sebagian lahan seluas 3 hektare milik RS Sumber Waras. Namun Dinas Kesehatan menyatakan tanah tersebut tidak dijual.
Kemudian Dinas Kesehatan menyarankan membeli lahan di Sunter untuk membangun rumah sakit kanker dan lahan bekas Jamkesda untuk rumah sakit jantung. “Saya langsung manfaatkan, bagi saya yang penting Jakarta ada rumah sakit kanker dan jantung tambahan. Saya enggak ngebet beli Rumah Sakit Sumber Waras,” ujarnya.
Ahok mengaku setuju membangun di Sunter dan Jamkesda. Namun ia memutuskan tak jadi membangun rumah sakit jantung di Jamkesda. Alasannya, lahan Jamkesda tidak bisa disambung dengan Rumah Sakit Tarakan. Akhirnya, pemerintah Provinsi DKI memanfaatkan lahan yang ada di RS Tarakan untuk dijadikan rumah sakit jantung.
“Sekarang RS Tarakan sudah jadi rumah sakit jantung. Sudah bisa kemo, operasi jantung sudah 300-an orang,” kata Ahok. Selanjutnya, Ahok berinisiatif memindahkan rumah sakit kanker ke Ragunan, Pasar Minggu.
Ketika itu, Yayasan Sumber Waras memberi surat jual lahan sesuai dengan harga NJOP kepada Ahok. Setelah melakukan negosiasi, kedua belah pihak setuju menggunakan harga NJOP.
“Kalau ditawari NJOP, karena aturan boleh harga pasar, saya main mata sama dia, eh harga pasar aja. Nanti lebihnya kasih ke saya, itu baru betul kamu curiga. Lalu selesainya beli harga apa? NJOP,” ujarnya.
Ahok mengaku transaksi yang dilakukan tidak menggunakan notaris dan tidak bayar asuransi. “Jadi bagaimana Anda bisa curiga kami mempermainkan harga ini?”
Terkait dengan lokasi RS Sumber Waras berada di Jalan Kyai Tapa dan bukan di Tomang Utara, Ahok mengatakan dirinya tidak tahu. “Ya dari saya lahir sudah di Kyai Tapa, lu tanya sama BPN dong, jangan sama gue. Mana gue tahu.”
MAYA AYU PUSPITASARI