TEMPO.CO, Jakarta - Imbas penutupan arus lalu lintas dan pemberlakuan sistem satu arah (one way) yang dilakukan Kepolisian Resor Bogor, Jumat, 25 Desember 2015, dari pukul 14.00 WIB, mengakibatkan kemacetan parah di semua jalur alternatif menuju kawasan Puncak, Bogor, dikeluhkan warga lokal yang tinggal di kawasan Puncak.
Antrean panjang ratusan kendaraan terjebak macet akibat menghindari penutupan jalur dari arah Jakarta menuju Puncak karena polisi memprioritaskan untuk kendaraan yang akan turun dari Puncak menuju Jakarta, "Setiap polisi menutup jalur menuju Puncak, jalan-jalan kampung yang biasa digunakan warga pun jadi macet total, sehingga mengganggu aktivitas warga lokal Puncak," kata Encep Supriatna, 42 tahun, warga Cipayung, Kecamatan Megamendung, Bogor.
Encep mengatakan kemacetan parah di semua jalur alternatif menuju Puncak mulai dirasakan satu pekan terakhir. Terutama saat polisi memberlakukan penutupan jalur untuk semua kendaraan dari arah Jakarta menuju Puncak. "Banyak calo dan pungli yang mencari keuntungan sendiri mengarahkan pengendara yang terjebak sistem one way, melalui jalur alternatif," katanya.
Akibatnya, ratusan kendaraan asal Jakarta yang terjebak macet melewati jalur alternatif sehingga jalur warga macet parah, "Polisi selama ini hanya bisa melakukan penutupan arus Puncak, tapi tidak pernah menertibkan pungli penunjuk arah jalur alternatif," katanya.
Padahal bukan hanya membuat macet jalan perkampungan, tapi juga membahayakan masyarakat sekitar dan pengemudi. Karena jalur alternatif yang diarahkan itu sangat sempit dan minim rambu. "Yang paling parah banyak anak kecil yang sering main di jalan, sehingga rawan tertabrak," katanya.
Sementara itu, Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Lalu Lintas (Dikyasa) Kepolisian Resor Bogor Inspektur Dua Nurhidayat mengatakan kepolisian hingga saat ini hanya dapat menggunakan rekayasa one way untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas di jalur Puncak, "One way, masih tetap akan kami berlakukan, karena untuk penggunaan jalur alternatif sangat tidak dianjurkan," katanya.
Pasalnya, semua jalur alternatif menuju Puncak, kondisi jalannya masih sempit, tanjakan dan turunannya cukup tajam bahkan sangat minim rambu-rambu lalu lintas. "Ketika pengemudi yang baru melintas di jalur itu cukup membahayakan," katanya.
Beberapa jalur alternatif menuju Puncak tersebut, yakni Sentul Selatan-Cijayanti-Perumahan Bukit Pelangi-Pasir Angin-Megamendung. Jalur alterntif lain, yakni Ciawi-Jalan Bendungan-Jalan Megamendung-Tembus di Pasar Cisarua atau Taman Safari Indonesia.
M. SIDIK PERMANA