TEMPO.CO, Depok - Pemerintah Kota Depok menyatakan belum bisa menyerap sampah warganya sebanyak 580 ton dari volume seluruh sampah warga sebanyak 1.200 ton per hari. Adapun sampah yang bisa terserap baru 620 ton per hari dan dibuang ke 38 Unit Pengolahan Sampah dan Tempat Pembuangan Akhir Cipayung.
Kepala Seksi Operasional Pengolahan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Burhanudin mengatakan baru ada 38 TPS yang bisa menyerap 70 ton sampah per hari. "Ada yang diolah warga sendiri dan dibuang sembarangan," kata Burhanudin, Rabu, 13 Januari 2016.
Adapun sampah yang tidak tertangani pemerintah ada yang dibuat komposter, biopori, dibuang ke kali, dibakar, dijadikan biodigester, dan dibuang ke tempat pembuang sampah liar. Berdasarkan standar nasional, sampah warga mencapai 0,6 kilogram per hari. Di Depok, ada 500 ribu kepala keluarga, tapi baru 5 persen dari total kepala keluarga yang memilah sampah. "Baru 25 ribu KK," ujar Burhanudin.
Bagi warga yang sudah bisa memilah, hanya membuang 15 persen sampah yang menjadi residu. Sisanya sebanyak 55 persen sampah organik dan 30 persen sampah non-organik, yang bisa didaur ulang.
Burhanudin menuturkan total sampah yang berasal dari bank sampah sebanyak 60 ton per hari, yang dibuang ke UPS. Dari total sampah yang dibuang tersebut, 18 ton bisa didaur ulang, 33 ton dijadikan pupuk, dan 9 ton residu yang dibuang ke TPA Cipayung. "Total bank sampah di Depok baru 461 unit.”
Tahun ini pemerintah menargetkan 10 persen dari total kepala keluarga di Depok bisa melakukan pemilahan sampah. Bahkan pemerintah mempunyai target sampai 20 persen dari total KK untuk melakukan pemilahan sampah, sampai tahun 2019. "Minimal 100 ribu KK bisa memilah sampah tiga tahun ke depan. Tiap hari kami edukasi warga," tuturnya.
Depok mempunyai 38 UPS yang tersebar di sejumlah wilayah, tapi baru beroperasi sebanyak 32 UPS. "Sebanyak 26 UPS di antaranya sudah melakukan pengolahan sendiri. Sisanya enam masih campuran," ucapnya.
IMAM HAMDI