TEMPO.CO, Depok - Tiga warga Depok ditangkap Detasemen Khusus Anti-Teror 88 di rumahnya yang berada di RT5/RW5 Nomor 79, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Jumat dinihari, 15 Januari 2015. Syaiful, Isro, dan Sudirman ditangkap polisi karena diduga ikut terlibat dalam aksi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Kamis kemarin.
Amelia, 26 tahun, istri Isro, mengatakan polisi berseragam Densus 88 datang sekitar pukul 04.15. Tanpa ketuk-ketuk pintu, polisi langsung mendobrak pintu rumah hingga rusak. "Begitu masuk, langsung meminta kami yang berada di dalam tiarap," kata Amelia, Jumat, 15 Januari 2016.
Polisi langsung menggeledah seisi rumah dan mengambil barang milik ketiga bersaudara, yakni Syaiful, Isro, dan Sudirman. Bahkan, anak laki-laki Isro, AL, yang baru berusia 7 tahun, menyaksikan penyergapan ayahnya yang dituduh teroris. "Bayangkan, sampai anak saya yang masih kecil menyaksikan kejadian yang mengerikan itu," katanya.
Menurut Amelia, polisi yang membawa senjata laras panjang langsung menyergap, tanpa meminta keterangan kepada keluarga. "Polisi salah tangkap. Suami saya penjual laptop. Tadi suami sudah bilang dari kantor polisi kalau ini salah tangkap," ucapnya.
Atas kejadian ini, pihak keluarga menuntut polisi agar bisa memperbaiki nama baik keluarga. Soalnya, warga di lingkungan rumah heboh melihat puluhan polisi bersenjata lengkap menggeledah rumah kami. "Polisi banyak banget," ucapnya.
Saat ditangkap, Isro memang sedang menginap di rumah kontrakan orang tuanya, Ahmad, 75 tahun. Sedangkan Syaiful, anak pertama, dan Sudirman, anak kedua, memang tinggal menemani orang tua.
Sudirman tidur di ruang tamu dan langsung diborgol pakai kabel ties. Syaiful tidur di ruang tengah dan Amelia tidur bersama Isro dan anaknya di dalam kamar. "Saya trauma sekali ditodongi senjata saat masih terlelap tidur sampai kaget dan bangun semua," tuturnya.
IMAM HAMDI