TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran yang terjadi di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pada Selasa dinihari, 19 Januari 2016, menewaskan Riki, istri, anak, dan ibu mertuanya. Satu jenazah lagi adalah karyawan usaha konveksi milik Riki yang tinggal di Jalan Besi Raya.
"Pintu rumah Riki selalu digembok dobel, kita enggak tahu kenapa," ujar Riyan Agustin, tetangga, yang rumahnya ikut musnah terbakar.
Warga mengaku sulit menyelamatkan Riki dan keluarganya karena pintu rumahnya digembok rapat. Api cepat berkobar karena material bangunan yang mudah terbakar, dan banyaknya kain di dalam rumah Riki.
Rumah Riki yang ludes oleh api diapit dua rumah berlantai dua yang selamat. Beberapa kain tampak berserakan di dalam rumah Riki. "Kondisi kain itu bertumpuk sehingga yang terbakar hanya pinggirnya, sedangkan yang tengah aman setelah dipadamkan," ujar Januri, salah satu saksi yang ikut memadamkan api, pada Selasa, 19 Januari 2016.
Riki sekeluarga diduga sulit menyelamatkan diri karena api cepat membesar sehingga mereka memilih bersembunyi di dalam kamar mandi. Namun api yang begitu besar membuat Riki, istri, anak, serta ibu mertuanya hangus terbakar dalam kamar mandi. "Satu korban lagi diduga karyawan Riki, ditemukan pagi tadi dan segera dibawa ke RSCM untuk diotopsi," ujar Januri.
Kebakaran tersebut berawal dari korsleting di rumah Riki. Riyan menjelaskan, pada Jumat pekan lalu, sekring listrik Riki dicopot petugas PLN karena belum membayar.
Tak beberapa lama petugas PLN datang dan memasang kembali instalasi listriknya. "Dia mah gila orangnya," ujar beberapa warga di sekitar rumah Riki. Warga menganggap Riki keterlaluan karena sembarangan memasang instalasi listrik kembali.
Riyan menceritakan kebakaran awalnya terjadi pada pukul 01.20 WIB. Riyan yang sedang menonton televisi segera melihat ke depan rumahnya. Namun api sudah terlalu besar hingga dia dan keluarganya melarikan diri lewat belakang.
"Saya langsung lari sama ibu dan adik saya, enggak bawa apa-apa sama sekali, cuma ada baju di badan," ujar Riyan. Api menyambar lewat jaringan kabel listrik sehingga Riyan tidak sempat menyelamatkan barang bawaan.
Riyan menghitung ada sembilan rumah yang terbakar pada musibah kali ini. Adapun Camat Tambora Djaharuddin mengatakan ada lima korban meninggal dalam peristiwa ini, empat di antaranya Riki sekeluarga dan satu orang karyawan di rumah Riki. "Ada empat korban ditemukan dalam kamar mandi, sedangkan satu orang karyawan meninggal di ruang sebelah," ujar Riyan.
Djaharuddin mengatakan pihaknya selalu mengadakan sweeping listrik secara rutin. "Namun, karena saya baru menjabat tanggal 8 Januari 2016, masih ada beberapa tempat yang belum saya cek," ujarnya Camat Tambora, Selasa, 19 Januari 2016.
Kondisi rumah Riki memang sedikit ke pojok. Jarak antar-rumah dengan pintu depan sangat dekat, hanya sekitar 2 meter. Rumah Riki letaknya paling belakang dari semua rumah yang terbakar.
ARIEF HIDAYAT