TEMPO.CO, Jakarta -Jual-beli narkoba di wilayah Kompleks Perumahan Permata atau biasa disebut dengan Kampung Ambon, bukan kabar asing di telinga. Warga setempat juga tak asing dengan penggerebekan polisi. Berkali-kali ratusan polisi menggerebek, tapi hasilnya nyaris sama saja.
"Kami menduga mereka melihat kejadian di Berlan dan Johar Baru sehingga mereka mengantisipasi ini," ujar Kepala Satuan Narkoba Polres Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Afrizal di Komplek Permata, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu, 23 Januari 2016.
Pada penggerebekan yang menjadi perhatian puluhan warga kali ini, polisi menangkap dua pengguna narkoba. Mereka mendapati bukti alat hisap dan obat terlarang itu. Kedua orang tadi dibawa ke Polres Metro Jakarta Barat.
Dari pantauan Tempo usai penggrebekan, puluhan warga tampak masih berkerumun di depan rumah mereka. Di beberapa tempat lain, warga tampak acuh dengan keberadaan polisi. Toko dan warung di sekitar lokasi pun tampak tutup ketika penggerebekan maupun setelahnya.
Seorang ibu rumah tangga setelah penggerebekan itu menolak berkomentar. Begitupula sejumlah warga Komplek Permata lain yang ditemui Tempo. "Saya tidak tahu baru datang juga dari Bandung," kata seorang lelaki yang menolak disebutkan namanya.
Berbeda dengan sikap Ketua RT 05 di Kampung Ambon Sandy Pasaneasaia pada tahun 2012 yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 7 Mei 2012. Dia merujuk pada penggerebekan polisi pada Sabtu sepekan sebelumnya. Ketika itu Sandy mengkritik penggerebekan polisi yang minim hasil itu. Dia menyebut polisi hanya menggerebek lapak berkategori kelas teri, bukan milik bandar besar.
Sandy punya versi berbeda dengan Kepala Satuan Narkoba Jakarta Barat mengenai penggerebekan polisi. "Seperti biasa, pasti polisi juga yang membocorkan operasi itu," kata Sandy seperti dikutip dalam artikel Tangan Godfather di Kampung Ambon di Majalah Tempo, 12 Mei 2012.
ABDUL AZIS | PRU