TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta menyatakan frekuensi banjir di Jakarta serta imbasnya terhadap jumlah pengungsi ataupun korban jiwa dalam tiga tahun terakhir menurun.
Pada 2013 di Jakarta, misalnya, tercatat 38 orang meninggal akibat banjir. “Ada 83.554 pengungsi dari 35 kelurahan di 24 kecamatan dengan 1.115 lokasi pengungsian,” seperti dikutip dari situs resmi BPBD, Selasa, 26 Januari 2015.
Pada Januari 2014, banjir di Jakarta terjadi di 124 kelurahan dengan 37 kecamatan. Jumlah lokasi pengungsian menurun menjadi 434 titik. Total, ada 235.634 jiwa yang terdampak banjir. Meski demikian, tidak ada korban jiwa pada banjir tahun 2014.
Sedangkan pada Januari tahun lalu, banjir hanya menggenangi 36 kelurahan di 15 kecamatan. Jumlah penduduk yang terdampak sebesar 13.073. jumlah pengungsi sebanyak 3.255 di 59 titik serta tidak ada korban jiwa.
Di Jakarta Timur, Kecamatan Jatinegara masih menjadi langganan banjir. Tahun 2013, ada 95 titik pengungsi yang tersebar di wilayah tersebut.
Adapun di Jakarta Selatan, Kelurahan Bukit Duri masih berpotensi terkena banjir. Begitu pula dengan Tambora, Jakarta Barat. Untuk Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, Karet Tengsin dan Marunda masih berpotensi terkena banjir.
Memasuki puncak musim hujan tahun ini, BPBD Jakarta mendeteksi 57 kelurahan rawan banjir. Meski demikian, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ndang Achadiat optimistis angka tersebut akan berkurang. Sebab, pemerintah sudah mulai menjalankan normalisasi. “Selain itu, adanya Pelayanan Terpadu Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menjadi andalan pemerintah untuk membersihkan selokan,” ujarnya.
Ndang mengaku terpacu karena Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak ingin ada genangan di Jakarta. Untuk banjir pun, tutur dia, tidak akan berlangsung beberapa jam. “Kalau dipecut, kami jadi tertantang,” ucapnya.
DANANG FIRMANTO