TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku kecewa dengan Lurah Kartini, Leo Tantino, yang memanipulasi presensi. Manipulasi tersebut terungkap setelah Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Arifin melakukan inspeksi mendadak ke Kelurahan Kartini di Jakarta Pusat pada Kamis dua pekan lalu. Lurah Leo Tantino terbukti memakai bawahannya untuk presensi, sehingga hari kerjanya penuh. Meski faktanya ia berkantor selepas pukul 09.00.
"Soal presensi aja udah berani nyuruh anak buahnya bohong. Kira-kira anak buahnya PPSU (Pelaksana Prasarana-Sarana Umum) ikut bohong enggak? Kalau ikut bohong, rusak dong sistem saya," kata Ahok saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Rabu, 27 Januari 2016.
SIMAK: Begini Akal-akalan Lurah Kartini Manipulasi Presensi
Ahok menyesalkan kejadian itu. Soalnya, jam kerja yang diberikan kepada lurah sebenarnya sudah sangat fleksibel. Ahok berujar, seharusnya para lurah bisa menjadi panutan dan mengawasi bawahannya dengan benar, bukan sebaliknya.
Lurah Kartini sudah diberhentikan dan menjadi anggota staf di kantor Wali Kota Jakarta Pusat tanpa tunjangan. Sebelumnya, ia meminta bawahannya mengisi presensi elektronik dengan cara memasukkan sidik jari bawahannya itu agar namanya tercatat di mesin.
Modus itu diketahui ketika Arifin berkunjung ke Kelurahan Kartini dan mengecek presensi. Tak ada nama Leo di daftar nama pegawai Kelurahan. Ia terkejut saat melihat nama Leo yang tertera pada layar ketika seorang pegawai harian menempelkan sidik jari ke mesin presensi. Leo pun diperiksa pada Jumat pekan lalu, dan pemecatan diputuskan saat itu juga.
SIMAK: Modus Pegawai Negeri Jakarta Agar Kerja Nol Tunjangan Pol
Kepala Badan Kepegawaian Daerah Agus Suradika menuturkan saat ini pemerintah belum memasuki tahap penegakan tunjangan kinerja. Untuk mencegah adanya manipulasi presensi, Badan Kepegawaian akan bekerja sama dengan Dinas Komunikasi, Informasi, dan Kehumasan. “Tahun ini, kami harus bisa memperbaikinya,” tuturnya di Balai Kota kemarin.
GHOIDA RAHMAH | GANGSAR PARIKESIT