TEMPO.CO, Jakarta - Ahli Hipnoterapi Kirdi Putra memberi tanggapan seputar kemunculan Jessica Kumala Wongso di sejumlah media televisi ternama sejak 27 Januari 2016.
Jessica adalah rekan sekaligus saksi yang diperiksa penyidik Kepolisian Daerah Metro Jaya terkait dengan kasus kematian Wayan Mirna Salihin, yang menjadi perhatian publik sejak awal Januari 2016.
Saat dihubungi Tempo pada Kamis, 28 Januari 2016, Kirdi berpendapat bahwa ketenangan Jessica saat memberi keterangan di media massa bertentangan dengan apa yang dikeluhkannya saat menemui anggota Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia.
“Dia mengaku depresi dan tertekan. Namun sikapnya semakin tenang, jawabannya pun diulang terus-menerus,” ujar Kirdi.
Kirdi, yang sempat dimintai bantuan polisi untuk pemeriksaan saksi terkait dengan kasus kematian Mirna ini, mengatakan kesaksian Jessica terkesan monoton. Saat pemeriksaan, Jessica mengucapkan hal yang relatif sama dengan yang sekarang dikatakannya di media.
Menurut Kirdi, ketenangan Jessica itu wajar bila sikap itu memang adalah baseline atau perilaku dasarnya saat menemui masalah besar. “Kalau itu memang baseline dia, responsnya wajar,” kata Kirdi.
Dari pengamatan Kirdi, tidak ada indikasi depresi atau keadaan tertekan yang terlihat pada Jessica. “Meski dia orang yang tenang sekalipun, depresi seharusnya bisa terlihat dari bahasa tubuh, gestur, postur, ekspresi wajah, dan intonasi suaranya,” kata Kirdi.
Karena itu, menurut Kirdi, yang merupakan ahli di bidangnya, pernyataan Jessica tak sinkron dengan sikapnya yang sangat tenang. Namun kejanggalan ini tak lantas memberi kesan bahwa Jessica bersalah atau memiliki keterlibatan penting dalam kasus tersebut.
“Ini sekaligus memberi kesan bahwa belum tentu dia tidak bersalah,” katanya.
Kedatangan Jessica ke Komnas HAM, menurut Kirdi, lebih memperlihatkan reaksi Jessica terhadap pemberitaan yang muncul.
Rabu, 27 Januari 2016, Jessica bersama kuasa hukumnya, Yudi Wibowo, mendatangi Komnas HAM. Jessica sempat menuturkan kronologi kejadian di hari kematian Mirna, yaitu pada 6 Januari 2016. Jessica juga bercerita mengenai depresi yang dialaminya karena merasa tersudut oleh pemberitaan media dan penyidik.
Dalam curahan hati tersebut, Jessica mengaku semua pihak seolah menyudutkan dan menjadikannya tersangka hanya berdasarkan opini.
YOHANES PASKALIS