TEMPO.CO, Jakarta - Psikiater Syailendra menilai ada dua kemungkinan dari sikap Jessica yang selalu tampak tenang di depan media. Pertama karena dia memang bukan pembunuh Mirna, kedua karena dia terbiasa membunuh. "Jessica butuh tes kejiwaan, kata dia di Warung Daun, Cikini, Sabtu, 30 Januari 2016.
Ia mengatakan tes kejiwaan sangat penting dilakukan untuk memastikan pelaku memiliki gangguan jiwa atau tidak. Sebab, kata dia, ini merupakan bentuk pemeriksaan komprehensif.
Syailendra tak bisa memastikan apakah Jessica seorang psikopat. Dalam menentukan dia psikopat atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan yang mendalam. "Tidak bisa berandai-andai melalui pengamatan," ucap dia.
Meski demikian, ia bisa memastikan satu hal. Seorang psikopat memiliki sifat yang tak bertanggung jawab. Tidak memiliki empati, serta biasa melakukan kejahatan berulang-ulang.
Pakar Hipnoterapy Dewi P Faeni mengatakan, saat orang kehilangan, seharusnya ia bersedih dan berempati. Sebagai teman dekat Mirna, ia tak melihat hal tersebut di mata Jessica. "Empati ini tidak saya temui di saksi ini (Jessica)," kata dia.
Selain tak memiliki empati, Dewi mengatakan ada perilaku mencurigakan dari gerak tubuh Jessica. Orang tak sepenuhnya bisa berbohong. Saat berbohong, pasti ada saja anggota tubuh yang terlihat gelisah. Entah itu berkedip, bergoyang, atau lainnya. "Ada yang menginstruksikan kepada tubuh saat kita berbohong," katanya.
MAYA AYU PUSPITASARI