TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membenarkan 124 trayek bus di Jakarta akan dihapus dan dievaluasi dalam waktu dekat. Alasan penghapusan trayek tersebut adalah karena berhimpitan dengan trayek bus Transjakarta. "Ya kalau berhimpitan bakal kita hilangin, supaya enggak menuhin," katanya saat ditemui di gedung Balai Kota Jakarta, Rabu, 10 Februari 2016.
Ahok berujar hal ini juga dimaksudkan agar tidak ada lagi tumpang-tindih trayek. "Selama ini Transjakarta hanya main sendiri, harusnya kan dikuasai," katanya. Operator bus lain perlahan akan bergabung dan berintegrasi dengan Transjakarta menggunakan mekanisme setoran rupiah per kilometer. Selanjutnya, tarif datar (flat) untuk bus di seluruh wilayah juga akan diberlakukan, yaitu Rp 3.500.
Dia mengatakan Transjakarta tak hanya menggandeng operator bus, tapi juga menyasar angkot atau mikrolet untuk bergabung. "Nanti angkot pelan-pelan suruh ganti ke single bus," ucapnya.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta mengatakan trayek itu dihilangkan dalam upaya penataan trayek (rerouting) semua angkutan umum di jalanan Ibu Kota. Adapun 83 trayek merupakan lintas daerah, dan 41 trayek sisanya adalah trayek dalam kota.
Beberapa trayek bus besar yang dihapus, di antaranya adalah adalah PPD 41A (Kampung Rambutan-Dr Sutomo), Mayasari Bakti Patas AC 03 (Tanjung Priok-Kalideres), Jasa Utama 973 (Rawamangun-Grogol), Steady Safe 921 (Kampung Melayu-Terminal Blok M), dan Steady Safe 948 (Tanjungpriok-Kampung Melayu).
Sementara itu, ada 10 trayek yang akan tetap dipertahankan oleh Dishubtrans. Hal ini karena trayek itu memiliki persentase lebih kecil bersinggungan dengan Transjakarta atau kurang dari 50 persen.
GHOIDA RAHMAH