TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Partai Persatuan Pembangunan DKI Jakarta Abraham Lunggana mengevaluasi kinerja Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selama setahun terakhir. Lulung, sapaan akrab Abraham, menilai pemerintahan Ahok tidak dekat dengan rakyat. Ia ingin mengubah budaya itu jika terpilih sebagai Gubernur DKI pada pilkada 2017.
"Intinya semua program harus berbasis masyarakat, dari tingkat RT, RW, dan seterusnya," kata Lulung saat dihubungi, Selasa, 9 Februari 2016.
Menurut Lulung, Ahok bertangan besi dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, soal penggusuran di permukiman kumuh. "Tentu enggak boleh asal hantam, tanpa relokasi dan solusi jangka panjang," kata Lulung.
Lulung juga menyayangkan sikap Ahok yang tak melibatkan warga dalam sosialisasi penggusuran. "Sosialisasi jangan asal syarat doang, tapi ujungnya tak hargai kesepakatan masyarakat," katanya.
Selain itu, Lulung berjanji meningkatkan tingkat kesejahteraan petugas pemeliharaan prasarana dan sarana umum (PPSU) yang sempat khawatir akan terlantar setelah Ahok lengser. Ia juga akan meneruskan program keterbukaan informasi publik lewat Smart City. "Itu harus diteruskan." Namun ia meminta Basuki tak menggunakannya untuk menarik simpati publik. "Itu buatan pemerintah dengan DPRD, jangan dijadikan pilot project kampanye politik," ujarnya.
Ikuti: Pilkada DKI Jakarta
Lulung juga mengkritik cara Basuki dalam mengelola keuangan Jakarta. "Masa penyerapan anggaran cuma sekitar 30 persen, padahal rakyat terus bayar pajak," katanya. Karena itu, Lulung berencana menciptakan transparansi dalam pengadaan barang. Ia mengungkit-ungkit penyusunan APBD 2014 yang di dalamnya ditemukan kasus suap pembelian UPS di beberapa sekolah.
Kini, tim pemenangan Lulung tengah menyigi dukungan warga di 100 kelurahan terhadap beberapa calon potensial untuk melawan Ahok. Adapun calonnya adalah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, dan Lulung.
PUTRI ADITYOWATI