TEMPO.CO, Depok - Kepala Polresta Depok Komisaris Besar Dwiyono mengatakan tersangka Juniar Arifin alias Begeng menculik Jamaludin karena kekurangan biaya untuk pernikahan yang mencapai Rp 250 juta. Begeng mengaku telah mengenal tersangka yang merupakan keluarga pemilik bengkel di kawasan Beji.
"Tersangka menculik saat melihat Jamaludin usai pulang sekolah," kata Dwiyono, Kamis 11 Februari 2016.
Begeng mengaku telah merencanakan penculikan pada Jumat, sehari sebelum penculikan. Begeng menculik an agar mendapatkan duit dengan cara cepat. Musababnya, tersangka kekurangan dana untuk biaya pernikahannya.
Begeng melihat keluarga Jamaludin yang mempunyai bengkel motor mampu menyanggupi permintaan tebusan yang nanti bakal dimintanya. Sebelum penculikan dilakukan, tersangka ke toko batu akik milik Afrizal Giilang Putra alias Daus. "Tapi, korban masih tidur," ucapnya.
Saat itu, Begeng ingin mengambil undangan pernikahan di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Sabtu 6 Februari 2016. Nah, saat itu tersangka berpapasan dengan korbannya di jalan, usai dari toko Daus, dan langsung mengajaknya pergi. "Di situ tersangka menculiknya. Karena korban memang sudah kenal dengan tersangka sebelumnya."
Begeng, kata dia, sudah mengetahui latar belakang keluarga Jamaludin. Sehingga dia langsung menculik bocah tujuh tahun usai pulang sekolah. Apalagi, kata Dwiyono, Jamaludin sering diberi duit untuk main PlayStation. "Diajak main PS ke rumah tersangka," ucapnya.
Tersangka Begeng merupakan pelaku tunggal. Saat diotopsi, kondisi jenazah korban sudah 12 jam. Berdasarkan hasil otopsi korban mengalami luka di bibir, memar di bagian hidung dan punggung belakang. Selain itu, korban mengalami bintik-bintik pendarahan di jantung dan liver, karena pembengkakan pembuluh darah. "Tersangka dijerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman mati."
Korban ditemukan tewas di dalam kamar mandi rumah tersangka di Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Minggu 7 Februari 2016. Kondisi Jamaludin dalam keadaan tertelungkup. Dia tewas dibekap dengan bantal karena tersangka panik rumahnya didatangi polisi.
Pengacara tersangka, Herman Dionne, menuturkan pengakuan Begeng. Niat menculik korban karena terdesak kebutuhan ekonomi. Tersangka berniat untuk meminta tebusan kepada keluarga korban yang mempunyai bengkel di kawasan Beji.
Tersangka mempunyai rencana untuk menikah pada 5 Maret 2016. Tapi, biayanya untuk melangsungkan resepsi pernikahan tersebut. Padahal, tersangka sudah memesan undangan dan katering untuk acara pernikahannya.
Juniar mengaku kepada pengacara bahwa dia membunuh Jamaludin karena panik didatangi orang banyak ke rumahnya pada Minggu 7 Februari 2016. Akhirnya, dia langsung membekap tersangka dengan bantal, yang saat itu sedang tidur di kamarnya.
Untuk menghindari polisi, tersangka membawa korban yang sudah tewas ke kamar mandi, untuk menyembunyikannya. "Tersangka baru membukakan pintu rumahnya, setelah membunuh korban," ucapnya.
Pada Sabtu malam, Januar telah membawa ibunya keluar rumah. Orang tua Januar tidak menyangka anaknya menculik karena dia terlihat dekat dengan korbannya. "Korban dan tersangka memang terlihat dekat. Bahkan, tersangka mengaku dipanggil oom oleh korbannya."
Juniar mengaku tidak sedikit pun melakukan kekerasan saat menculik Jamaludin. Bahkan, tersangka berani bersumpah tidak melakukan pencabulan kepada korbannya. "Kalau ada. Nanti yang membuktikannya hasil otopsi," ujarnya.
Juniar mengaku spontan menculik Jamaludin karena merasa dekat dengan korbannya. Selain itu, tersangka mengaku tidak harmonis dengan ibunya. "Jamal tidak tahu mau curhat sama siapa," ujarnya.
Menurut Herman, pendidikan Begeng cukup tinggi. Begeng adalah sarjana universitas ternama di Jakarta. "Tersangka memang sudah dekat. Membunuh karena panik."
IMAM HAMDI