TEMPO.CO, Jakarta - Nama Abdul Aziz berkibar setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan akan menggusur kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, karena berada di jalur hijau, di atas lahan milik negara. Pria yang lebih dikenal dengan sebutan Daeng Aziz itu terdepan menolak rencana penggusuran tersebut.
Sempat terbit dugaan bahwa Aziz menolak penggusuran karena akan kehilangan penghasilan dari bisnisnya di Kalijodo. Sebenarnya, seberapa besar pemasukan Aziz dari Kalijodo? Seperti apa profil bisnis milik pria 47 tahun ini di Kalijodo?
Aziz menjawab itu semua dalam wawancara khusus dengan wartawan Tempo, Rezki Alvionitasari, di Intan Bar miliknya pada Jumat, 19 Februari lalu. Berikut ini petikan wawancaranya.
Benarkah Anda penguasa bisnis di Kalijodo saat ini?
Sudah saya jelaskan tadi bahwa saya cuma punya hubungan dengan produsen minuman ini. Tugas saya cuma menjual dengan sistem konsinyasi. Dia yang punya produk, saya menjualkannya dan dikasih upah.
(Berdasarkan pengamatan Tempo, ada dua merek bir yang diperjualbelikan di Kalijodo, yakni Draft Beer untuk bir putih dan Panther Stout untuk bir hitam. Dua merek bir itu produksi Bali Hai.)
Anda menguasai jalur pasokan bir di Kalijodo ini?
Hanya untuk yang mau mengambil sama saya.
Berapa keuntungan Anda dari berjualan bir? Benarkah Rp 50 juta per hari?
Keuntungan itu berdasarkan berapa jumlah minuman yang habis. Kalau Rp 50 juta itu mungkin tafsiran. Setiap satu botol bir, saya mendapat Rp 1.000. Untuk penghasilan per hari, saya lupa. Bisa Rp 2 juta, Rp 3 juta, soalnya tidak tetap. Informasi tentang Rp 50 juta itu seharusnya tidak pernah ada. Sebab, saya yang paling tahu, bukan mereka.
Apakah usaha Anda mengantongi izin?
Saya ini cuma disuruh menjual. Jadi, untuk lebih jelasnya, tanya sama pemiliknya.
Anda menyetor iuran kepada aparat keamanan?
Oh, tidak. Kalau bayar pajak, iya, ke negara. Untuk lebih jelasnya, tanya ke perusahaannya saja.
Benarkah bisnis di Kalijodo dibekingi TNI dan polisi?
Ah, itu saya tidak bisa jawab. Tidak ada di sini, baik dari TNI maupun polisi.
Bagaimana peta bisnis di Kalijodo?
Ya, sudah tutup. Sekarang sudah tutup semua. Seperti itu.
Anda pemilik Intan Bar ini?
Iya.
Yang mana lagi milik Anda?
Itu tidak usah ditanya.
(Lurah Pejagalan, Maskur, pernah mengungkapkan bahwa Daeng Aziz memiliki delapan bidang tanah dan bangunan di kawasan Kalijodo. Intan Bar merupakan tempat hiburan terbesar di Kalijodo. Bangunan permanen tiga lantai berwarna putih itu memiliki lapangan parkir sendiri yang bisa diakses dari Jalan Kepanduan II. Sedangkan sebagian besar kafe dan bar di Kalijodo berada di gang-gang sempit, kecuali yang benar-benar menghadap Jalan Kepanduan II.)
Sewaktu mendatangi Komnas HAM, Anda dikritik dan disebut pamer perhiasan dan mobil mewah. Benarkah Anda punya harta melimpah?
Kenapa sejauh itu ditanyakan? Saya di sini pengusaha. Usaha kami memiliki hubungan dengan produsen minuman. Saya memasarkan bir tersebut di Kalijodo dengan sistem konsinyasi. Ibaratnya, saya di sini dikasih upah sama perusahaan bir.
Anda disebut sebagai tokoh masyarakat Kalijodo. Tanggapan Anda?
Saya belum pernah merasa bahwa saya adalah seorang tokoh, tapi orang lain yang menganggap saya seorang tokoh. Sebagai orang yang ditokohkan masyarakat Kalijodo, saya hanya mengawal aspirasi mereka.
TS