TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pengeroyokan yang menyebabkan tewasnya aktivis Jopi Peranginangin telah memasuki tahap persidangan di Pengadilan Militer, Jakarta Timur, Selasa, 23 Februari 2016. Hari ini sidang mendengarkan para saksi atas peristiwa yang terjadi pada 23 Mei 2015.
Seorang saksi, Ammar, mengungkapkan pengeroyokan berdarah yang diduga dilakukan anggota TNI itu berawal saat Jopi dan teman-teman, termasuk dia, datang ke klub Venue di Kemang, Jakarta Selatan. "Awalnya saya bayar sebotol minuman (Vodka) sebagai syarat masuk kafe Venue di Kemang saat itu," ujar Ammar saat bersaksi di Pengadilan Militer.
Ammar berkisah sebelumnya mereka berkumpul di Les Mollucans Cafe hingga pukul 03.00 WIB. Jopi kemudian mengajak Ammar ke acara kumpul lainnya di Venue, Kemang. "Kami bertujuh ada saya, Jopi, Mario, Aji, Lia, Elizabeth lalu Dewi pindah nongkrong ke Venue Cafe," ujarnya.
Menurut Ammar, mereka kemudian berada di tempat itu hingga lampu klub itu menyala sebagai pertanda tempat itu akan tutup. "Waktu itu kami tidak bergegas pulang karena kondisi pintu keluar sangat ramai," katanya.
Tiba-tiba, Ammar mengatakan terdakwa Joko Listianto menepuk pundaknya. Dia kemudian menatap wajah pria itu. "Terdakwa kemudian melontarkan kalimat bahasa Inggris untuk menyuruh saya pulang dengan 'finish out, out go out!!' ujar Ammar. Menurut Ammar, saat menegur mata Joko melotot dan dengan nada yang keras. Amar kemudian menjawab, "Iya bro, sebentar lagi keluar. Masih ramai."
Saat itulah Jopi Peranginangin mendekat. "Korban anggap saya terintimidasi oleh terdakwa," kata Ammar. Saat itu Jopi sempat bertanya ada apa. Namun terdakwa justru tersulut emosinya dan menarik tangan Jopi.
Ammar yang mencoba mencegah pertengkaran akhirnya menarik tangan Joko. "Joko melawan kemudian saya terjatuh, dan tiba-tiba saya melihat 3-4 orang mengeroyok Jopi," ujarnya. Saat itu, kata Ammar, semua orang mengerubungi Jopi dan memukul serta menendangnya dengan tangan kosong.
Setelah pengeroyokan itu, Ammar mengatakan dia dan teman-temannya menemukan Jopi terkapar berlumuran darah. Namun dia mengaku tak melihat dengan jelas siapa pengeroyok aktivis Sawit Watch itu. Jopi kemudian dibawa ke rumah sakit tapi nyawanya tak tertolong.
ARIEF HIDAYAT