TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dodo Gunawan mengatakan kemarau pada tahun ini ada kemungkinan tidak akan separah tahun lalu. Hal ini terjadi karena indikasi adanya La Nina diperkirakan akan muncul pada Juni. Sedangkan dampak El Nino diperkirakan akan semakin menurun memasuki April.
Sejak tahun lalu, Indonesia memang mengalami fenomena El Nino. Peristiwa ini diperkirakan akan terus turun mendekati kondisi normal pada April atau Mei.
Dodo mengatakan, akibat kejadian itu, hujan pada Februari diperkirakan akan berada di bawah kondisi normal.
Intensitas hujan akan berangsur-angsur turun memasuki Maret karena transisi menuju musim kemarau. "Untuk Maret kan cenderung menurun, jadi kelihatannya hujan tidak akan terbayarkan di bulan ini," ujarnya saat dihubungi Tempo di Jakarta, Rabu, 25 Februari 2016.
Namun, Dodo mengatakan, meski mulai memasuki musim kemarau, berbagai prediksi internasional menunjukkan akan terjadi fenomena La Nina, yang menguat pada Juli, Agustus, dan September. Sedangkan pada April dan Mei, kondisi cuaca akan mulai netral.
Implikasinya pada hujan. Dengan berkurangnya El Nino menuju netral serta menguatnya La Nina, hujan ada kemungkinan akan semakin sering terjadi. Jadi masyarakat tak perlu khawatir mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. "Hujan tetap ada walaupun di bulan-bulan musim kemarau," tuturnya.
Meski indikasi El Nino mulai menurun, hujan masih jarang terjadi di banyak wilayah. Apalagi pada Maret, Indonesia akan memasuki masa transisi sehingga intensitas hujan akan semakin berkurang. Untuk musim kemarau, permulaannya cenderung variatif. Namun biasanya musim kemarau dimulai pada Mei, Juni, dan Juli.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI