TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya menemukan lubang pembuangan janin di toilet klinik tempat aborsi di Menteng, Jakarta Pusat. "Awalnya saat pemeriksaan mereka tidak ngaku, ternyata kami menemukan lubang tersebut di dua TKP (tempat kejadian perkara)," kata Subdit III Sumdaling Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Adi Vivid di Mapolda Metro Jaya, Kamis, 25 Februari 2016.
Di klinik Jalan Cisadane Nomor 19, lubang pembuangan janin berbeda dengan lubang toilet. Menurut Adi, lubang tersebut sudah lama tidak digunakan karena tidak bau apa-apa. Namun, di sana ditemukan tulang belulang yang diduga tulang bayi.
Adapun klinik di Jalan Cimandiri, lubang pembuangan terletak di dalam toilet. Janin yang telah diaborsi dibuang di saluran pembuangan kotoran. Sama halnya dengan di Cisadane, di Cimandiri juga ditemukan tulang belulang. "Di sini masih bau anyir," kata Adi.
Ia mengatakan di masing-masing lubang terdapat 10-15 tulang bayi. Meski demikian, polisi tidak bisa memastikan berapa total janin yang diaborsi di dua klinik tersebut.
Baca: Klinik Aborsi di Menteng Sudah Beroperasi Tiga Tahun
Saat ini, polisi telah menahan sepuluh tersangka dari dua klinik tersebut. "Masing-masing klinik lima tersangka," kata Adi. Berdasarkan penuturan tersangka, klinik tersebut sudah menjalankan bisnis haramnya selama empat tahun.
Polisi meringkus dokter, karyawan, dan calo dalam kasus itu. Beberapa dokter tersebut berinisial AM, SAL, NEH, MN, dan UI. Kemudian, karyawan HAS, R, RE, ZT, dan IA. Sedangkan calo sendiri berinisial H, N, HS, dan SH. Sementara itu, pengelola dan juga dokter umum dari klinik Cimandiri yang berinisial MM alias A juga ikut ditangkap.
Adi mengatakan modus aborsi dilakukan dengan cara tersangka menawarkan jasa kepada pasien wanita hamil yang ingin aborsi. Tarif jasa aborsi sesuai usia kandungan. Jika kandungan berusia 1-18 pekan harga yang ditawarkan Rp 2,5-3 juta atau sesuai kemampuan membayar pasien.
Baca: Klinik Aborsi Menteng Pekerjakan Dokter Palsu Lulusan SMP
Lebih lanjut, Adi menjelaskan tahapan yang dilakukan sebelum aborsi, calo membawa pasien ke klinik dengan membayar pendaftaran Rp 50 ribu. Pasien lalu di USG dengan biaya Rp 300 ribu. Kemudian pasien berkonsultasi dengan dokter perihal biaya dan aborsi yang akan dilakukan. Pasien bisa membayar dengan uang muka jika belum sanggup melunasi serta dijadwalkan aborsi paling lambat tiga hari.
Saat akan aborsi, pasien dibius lokal. Setelah itu alat kelamin pasien dibuka menggunakan speculum. Tersangka lalu memasukkan alat sedot dan janin ditampung di sebuah tabung suction untuk dibuang ke toilet. Aborsi dilakukan dalam waktu lima menit. Pasien diberikan obat antinyeri dan diminta mengecek dua kali dalam pekan pertama dan kedua.
MAYA AYU PUSPITASARI