TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memerintahkan semua pintu air di sungai-sungai aliran tengah dibuka. Pembukaan itu bertujuan untuk membagi rata beban aliran air ke semua sungai dan saluran selama musim penghujan. “Dibuka 24 jam,” katanya, kemarin.
Basuki menyampaikan perintah tersebut di depan 50 orang petugas penjaga pintu air di sungai aliran tengah. Mereka dipanggil ke Balai Kota lantaran ada kesalahpahaman tentang prosedur tetap ihwal penutupan pintu air. Para petugas masih menggunakan prosedur yang disusun pada 1973 dan diadopsi dari pemerintahan Belanda.
Pintu Air Manggarai mengatur debit air di dua sungai, yakni Kanal Banjir Barat dan Ciliwung Lama. Aliran Sungai Ciliwung Lama melalui Manggarai, Cikini, Pintu Besar Istiqlal, Mangga Besar, dan berakhir di Pelabuhan Sunda Kelapa. Aliran Sungai Ciliwung Lama ini mengarah ke kawasan ring satu, seperti Istana Kepresidenan, Istana Wakil Presiden, Mahkamah Agung, dan Balai Kota Jakarta. Sedangkan air Sungai Ciliwung, yang mengalir di Kanal Banjir Barat melalui Pintu Air Karet, melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, dan bermuara di Pluit. Pembangunan Kanal Banjir Barat berlangsung pada 1919-1920.
Saat menjabat gubernur, Presiden Joko Widodo pernah meminta pintu air yang mengarah ke Istana dibuka pada Januari 2014. Pembukaan itu dilakukan lantaran limpahan debit air dari kawasan Bogor, Jawa Barat, sudah merendam permukiman di Bukit Duri, Jakarta Selatan, selama dua pekan. Pada November 2014, juga diperintahkan hal yang sama. Alih-alih dibuka secara permanen, Basuki mengatakan petugas hanya menutup pintu tersebut sementara.
Menurut Basuki, prosedur penutupan 1973 sudah tak sesuai. Prosedur itu bertujuan untuk menjaga kawasan ring satu steril dari banjir dengan membagi debit air dari hulu ke Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Ia mengatakan antisipasi pemasangan pompa di Waduk Pluit sudah memadai untuk menampung limpahan air dari kawasan hulu. “Saat itu belum ada Waduk Pluit,” ucapnya.
Pintu Air Manggarai, kata Basuki, hanya akan ditutup saat musim kemarau. Penutupan itu bertujuan menjaga debit air di hulu Kali Ciliwung tetap banyak. Sebab, wilayah Kali Ciliwung yang kering berpotensi diduduki secara ilegal. “Kalau dibiarkan kering, nanti orang malah bikin rumah di sana,” ucapnya.
Kepala Dinas Tata Air Teguh Hendarwan mengatakan prosedur yang lama menyatakan Pintu Air Manggarai baru akan dibuka saat air mencapai ketinggian 750 sentimeter. Lewat prosedur yang baru, pintu air boleh dibuka, meski ketinggian muka air hanya 200 sentimeter.
Teguh mengatakan kewenangan pembukaan pintu air juga diserahkan kepada petugas jaga. Peralihan itu bertujuan mempercepat mitigasi antisipasi pengendalian banjir. Semula, wewenang pembukaan Pintu Air Manggarai setinggi 850-950 sentimeter atau status siaga 2 berada di kepala dinas dan wewenang siaga 3 atau 750-850 sentimeter berada di kepala bidang. Sedangkan wewenang pada siaga satu berada di gubernur. “Sekarang tak ada pembagian wewenang lagi,” tuturnya.
Setelah aliran tengah relatif aman, Teguh mengatakan instansi akan menambah sebuah waduk penampung air seluas 80 hektare. Lokasinya berada di Kamal, Jakarta Utara. Waduk, yang termasuk program Jakarta Urgent Flood Mitigation Project, dibiayai oleh Bank Dunia. Pengerjaan proyek itu masih berlangsung dan dikerjakan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Akhir tahun ini selesai,” kata Teguh.
LINDA HAIRANI