TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menampik anggapan bahwa sistem keamanan Istana Merdeka rapuh terkait dengan kemungkinan sabotase di gorong-gorong sekitarnya. Tim Komando Pasukan Katak TNI Angakatan Laut sempat menyusuri drainase Istana pada Kamis kemarin. Hasilnya, ditemukan lumpur serta sejumlah sampah yang menyumbat jalur air dan menimbulkan genangan di jalan.
"Itu gorong-gorong kan sudah ada dari zaman Belanda, banyak salurannya. Tapi mungkin beberapa sudah ditutup. Di Eropa juga, banyak yang begitu, untuk kontrol banjir," kata Ryamizard di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Jumat, 4 Maret 2016.
Menurut Ryamizard, persoalan ada-tidaknya sabotase sedang didalami pihak yang berkapasitas. "Soal kenapa ada sampah sedang diteliti, apakah sabotase atau memang ada yang malas buang (sampah), jadi menumpuk," ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan tim Komando Pasukan Katak pada Kamis, 3 Maret 2016, sebagian besar drainase tak bermasalah, tapi sempat ditemukan tumpukan lumpur dan sampah. Kondisi paling parah terjadi pada drainase yang mengarah ke Monas.
Anggota Komando Pasukan Katak, Kopral Dua Suhanda, terpaksa merayap di dalam gorong-gorong sedalam 1,2 meter karena di beberapa titik terdapat endapan lumpur yang mengeras setinggi 80 sentimeter. Suhanda masuk dari saluran penghubung di Jalan Abdul Muis sampai Jalan Medan Merdeka Utara sepanjang 150 meter selama 40 menit.
Untuk menghilangkan sumbatan lumpur, petugas Suku Dinas Kebakaran Jakarta Pusat sempat mengguyur sedimentasi tersebut dengan kendaraan yang dilengkapi penyemprot air. Oleh petugas Suku Dinas Tata Air Jakarta, lumpur yang diduga sudah mengendap selama enam tahun itu disedot menggunakan pompa.
YOHANES PASKALIS