TEMPO.CO, Jakarta - Sandiaga Uno mengatakan ia hampir mengikuti pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Saat itu, ia disebut-sebut akan mendampingi Joko Widodo sebagai wakil gubernur.
Rencana tersebut batal terealisasi, kata Sandiaga, karena saat itu tim sukses Jokowi kesulitan menghubunginya. Ketika itu, dia sedang melakukan perjalanan ke luar negeri dan sulit dihubungi. "Saya sekaligus minta maaf ini ke Pak Jokowi,” kata Sandiaga saat berkunjung ke kantor Tempo di kawasan Palmerah, Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016.
Sandiaga menuturkan, sesampai di Amerika, dia mendapat dua pesan masuk. Satu dari Dahlan Iskan terkait dengan saham Garuda dan satu lagi dari tim sukses Jokowi. “Kalau sekarang, saya sudah gampang dicari nih, Pak,” ujarnya sambil tertawa.
Alasan lain batalnya Sandiaga maju ke pilkada Jakarta 2012 adalah faktor orang tua. Saat itu dia belum mendapat restu dari ibunya untuk terjun ke dunia politik. Padahal, sejak 2010, dia mengaku telah diminta bergabung oleh salah satu partai besar.
Sandiaga menambahkan, ia kepincut oleh Jokowi sejak 2010 saat akan melangsungkan konferensi bersama 100 investor asing di Bali. Tiba-tiba Jokowi, melalui timnya, meminta Sandiaga memindahkan lokasi konferensi ke Solo. “Waktu itu Pak Jokowi langsung jemput bola. Dia menawarkan pindah, bahkan berjanji akan memberikan berbagai kemudahan,” ucapnya.
Seusai konferensi tersebut, Sandiaga dan Jokowi kerap berkomunikasi hingga akhirnya ditawari Hasan Hasbi mendampingi Jokowi. Sandiaga mengatakan ia mulai didekati saat Jokowi sudah diumumkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan maju sebagai calon gubernur dan sedang mencari wakil.
Sandiaga menambahkan bisa saja saat itu ibunya tidak memberi izin karena Fauzi Bowo, Gubernur DKI inkumben, adalah besan Arief Rachman, yang merupakan adik ibunya. “Ya mungkin saja begitu, pokoknya, sewaktu saya tanya, jawabnya enggak boleh aja,” tuturnya.
AHMAD FAIZ