TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan tidak memiliki staf pribadi, termasuk Sunny Tanuwidjaja. Selama ini, Sunny memang banyak memberikan nasihat politik kepada Ahok karena dia merupakan peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
"Ini bahasa kampung saya, kalau orang bodoh nurut (mengikut), kalau pintar mengajar. Jadi saya sama staf saya sederhana. Kalau Anda lebih pintar, ajari saya. Kalau lebih bodoh, saya ajari," kata Ahok seusai groundbreaking (pemancangan tiang pertama) pembangunan simpang susun Semanggi di Jakarta Selatan, Jumat, 8 April 2016.
BACA: Sunny Dikirimi Ahok Pesan WhatsApp Ini Setelah Dicegah KPK
Menurut Ahok, Sunny selama ini ingin melihat perjalanan politik Ahok dengan gaya kepemimpinannya. Sunny, kata Ahok, hanya menganggap Ahok beruntung berkat sosok Joko Widodo alias Jokowi. Sunny juga ingin membuktikan apakah Ahok tetap “hoki” saat ditinggal Jokowi setelah menjadi presiden.
Sunny dicekal Komisi Pemberantasan Korupsi ke luar negeri. Selain Sunny, KPK mencekal Direktur Utama PT Agung Sedayu Group Richard Halim Kusuma. Sunny, yang memiliki kedekatan khusus dengan Ahok, dicekal sehingga jika sewaktu-waktu penyidik membutuhkan keterangan, ia tidak sedang berada di luar negeri.
BACA: Ahok Cerita Kedekatan Sunny dengan Lippo dan Peter Sondakh
Skandal suap reklamasi ini mencuat saat politikus Partai Gerindra, Mohamad Sanusi, tertangkap tangan oleh KPK pada Kamis, 31 Maret 2016. Ia diduga menerima suap dari bos Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja, untuk memuluskan pembahasan proyek reklamasi Teluk Jakarta. Pengacara Sanusi, Krisna Murti, sempat menyebut Sunny sebagai inisiator pertemuan Sanusi dengan Ariesman.
LARISSA HUDA
BERITA MENARIK
Insiden Busana Bikin Malu, Ini Pengakuan Jujur Dewi Perssik
Marshanda Senderkan Kepala ke Ayahnya: Ca, Sayang Papa!